Bagikan artikel ini :

Jangan Jadi Orang Kristen Pelit

2 Korintus 8:1-15

Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.
- 2 Korintus 8:14

Apakah Anda mengenal orang Kristen yang dijuluki si pelit dan tidak peduli dengan orang lain? Sungguh sayang kalau ada orang seperti itu. Hal paling mendasar mengapa orang Kristen jangan menjadi orang pelit, melainkan murah hati yang mau memberikan bantuan adalah ayat 9 berikut, “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.”

Tuhan Yesus pemilik segalanya rela menjadi manusia untuk menanggung hukuman dosa yang menjijikkan dan terkutuk supaya kita yang miskin, kotor, tidak memiliki apa-apa untuk bisa menyelamatkan diri, dijadikan kaya dan memiliki warisan kekal tak ternilai di surga nan mulia. Orang-orang yang sudah merasakan kekayaan anugerah Kristus seharusnya kaya akan kemurahan. Orang Kristen dipanggil bukan sekadar memberi, tetapi juga tidak menutup mata terhadap kesulitan yang dialami saudara seiman.

Rasul Paulus berkata, “Aku mau menguji keikhlasan kasih kamu” (ay. 8). Memberi harus dengan kasih yang ikhlas, bukan karena perintah, tetapi lahir dari hati yang mengasihi. Memberi hendaklah tanpa mengharapkan apa-apa. Keikhlasan memberi karena hanya mau membantu, bukan mengharapkan nama kita yang melambung. Kasih adalah dasar sebuah pemberian, bukan semata-mata kelebihan atau kekayaan. Kita seharusnya tidak menahan- nahan untuk mereka yang memang harus dibantu. Semakin menunda, semakin enggan dan gagal akhirnya kita untuk memberi.

Memberi juga bukan sesuatu yang diada-adakan, tetapi memang jika kita mampu maka bantulah (ay. 12). Jemaat Korintus juga tidak diminta untuk melakukan sesuatu di luar jangkauan, tetapi melakukan apa yang bisa mereka lakukan. Jika kita dipercayakan berkat Tuhan, berdoalah kepada-Nya untuk diberikan hikmat, siapakah yang bisa kita bantu. Tuhan pasti akan tunjukkan.

Mampu itu bukan soal berkelebihan, tetapi bisa mengambil bagian dalam berbagian. Ketika kita berbagian maka sesuai firman Tuhan kita mendapatkan keseimbangan (ay. 14). Yang lebih mencukupkan yang kekurangan, yang berkekurangan tidak kekurangan. Itulah tubuh Kristus, saling melengkapi satu sama lain. Kalau posisi kita diberkati, kita bukan ditempatkan Tuhan untuk menikmatinya sendiri, tetapi justru untuk bisa melihat lebih banyak kebutuhan yang Tuhan bukakan.

Refleksi Diri:

  • Mengapa kita sebagai anak Tuhan dipanggil untuk tidak pelit?
  • Apa yang mau Anda lakukan untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain?