Bagikan artikel ini :

Jangan Suam-suam Kuku

Wahyu 3:14-22

Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
- Wahyu. 3:16

Bagi Anda penggemar kopi biasanya suka menikmatinya saat kondisi masih panas- panasnya. Saat kopi masih panas, aroma dan rasanya kuat terasa. Berbeda jika sudah suam-suam kuku, rasanya nanggung. Beberapa orang berpendapat, lebih baik menikmati kopi dingin dengan diberi es karena menikmati es kopi punya sensasi tersendiri. Hal serupa disampaikan Tuhan Yesus pada perikop hari ini.

Jemaat terakhir yang menerima surat dari Rasul Yohanes adalah Laodikia. Laodikia adalah kota perdagangan yang sangat kaya di Asia Kecil. Ia terkenal dengan produk tekstilnya. Kualitas kain wol yang dihasilkannya sangat halus. Ia juga pusat industri obat-obatan – terkenal dengan salep matanya yang mujarab.

Pada akhir abad ke-1, saat surat ini dituliskan, jemaat Laodikia telah menjadi besar dan kaya secara finansial. Namun sangat disayangkan, kehidupan rohani mereka justru sebaliknya, miskin dan papa. Sedemikian lesunya kehidupan rohani mereka hingga diumpamakan seperti “air suam-suam kuku” yang rasanya memuakkan dan pantas dimuntahkan dari mulut. Air suam-suam kuku menggambarkan seseorang merasa diri cukup dan nyaman dengan kondisi kerohaniannya. Ia merasa diri sudah cukup baik dalam mengenal, menyembah, dan melayani Tuhan. Seperti orang Farisi yang berdiri di depan rumah ibadat sambil memuji dirinya di hadapan Allah (Luk. 18:9-14).

Tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah orang seperti ini, selain daripada pertobatan yang sejati. Tuhan Yesus berkata kepada mereka, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok.” (ay. 20a). Yesus sedang mengetok pintu hati setiap orang yang merasa dirinya sudah cukup rohani agar membuka diri dan membiarkan-Nya masuk, bertakhta di dalam hati mereka. Hanya dengan pertobatan sejati, kerohanian seseorang yang suam-suam kuku dapat kembali panas membara untuk mengikut Tuhan.

Panggilan pertobatan ini juga ditujukan kepada setiap kita, murid-murid Kristus. Janganlah kita terlena dengan merasa diri cukup baik dalam hal mengikut Yesus Kristus. Marilah menjaga kerohanian kita tetap panas membara agar semangat melayani kita tetap terjaga dan pengenalan kita kepada-Nya semakin bertumbuh setiap harinya.

Refleksi Diri:
Apakah Anda merasa diri sudah cukup baik dalam hal kerohanian, misalnya dalam hal beribadah, memberi persembahan, pelayanan atau penginjilan?
Apa yang ingin Anda lakukan untuk memperbaiki kualitas kerohanian Anda dalam hal mengikut Yesus Kristus?