Bagikan artikel ini :

Jangan Takut Ditinggalkan

Mazmur 71:1-24

Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis
- Mazmur 71:9

Salah satu ketakutan orangtua terutama yang sudah memasuki usia lansia adalah takut ditinggalkan. Ia takut mengalami kesepian, tidak ada yang memperhatikan dan mengasihinya. Karena kesibukan anak-anaknya, orangtua akhirnya ditempatkan di rumah-rumah jompo. Karena dianggap sudah tidak lagi produktif dan menyusahkan, anak-anaknya memperhatikan sekadarnya.

Ketakutan serupa juga dihadapi pemazmur. Pada saat pemazmur memasuki masa tua, ia takut ditinggalkan. Pada waktu muda, banyak orang mengagumi pemazmur karena karya-karyanya yang luar biasa. Bahkan di ayat 7 ia berkata, “Bagi banyak orang aku seperti tanda ajaib.” Pemazmur berjaya dan menjadi alat Tuhan untuk terus memberikan kejayaan bagi bangsa Israel. Namun, berbeda pada masa tuanya, tatkala kekuatan melemah dan fisik merosot, semakin banyak pula musuh-musuh yang mengincar kedudukannya (ay. 10-11), bahkan diduga dilakukan oleh anak-anaknya sendiri. Pemazmur mengalami ketakutan.
Ketakutannya yang paling dalam adalah ketakutan ditinggalkan oleh Allah. Sejak muda sampai tua, ia selalu mengandalkan Tuhan dan merasa kehadiran-Nya dalam segala apa yang dikerjakannya. Pemazmur berseru, “Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis.” (ay. 9).

Apa yang dilakukan pemazmur menghadapi ketakutannya? Pertama, ia terus berkarya bagi Allah. Pemazmur memohon Allah tidak meninggalkannya pada masa tua karena ia ingin terus “memberitakan kuasa-Mu kepada angkatan ini, keperkasaan-Mu kepada semua orang yang akan datang” (ay. 18b). Tetap berkarya bagi Allah membuat pemazmur tidak merasa ditinggalkan. Justru pada masa tuanya, ia bisa bersaksi bagi anak-cucu bagaimana Allah berkarya di dalam hidupnya. Kedua, selalu bersyukur dan memuji Allah. Alih-alih mengeluh dengan kondisinya, pemazmur justru mengucap syukur dan memuji Allah atas segala yang
Tuhan kerjakan di dalam kehidupannya (ay. 22-23).

Hai para lansia, janganlah takut ditinggalkan karena Allah selalu bersama dengan Anda. Mari pakai waktu di masa tua untuk terus bersaksi bagi anak-cucu dengan menceritakan kebaikan-kebaikan Tuhan yang Dia sudah nyatakan. Bagi kaum muda, berilah perhatian yang lebih bagi orangtua Anda supaya mereka tetap bersemangat menjalani masa tuanya. Selain itu, ucapkanlah syukur selalu dan sering-sering memuji Allah sehingga hati kita tetap sukacita karena selalu ingat akan kebaikan Yesus.


Refleksi Diri:

  • Apa saja hal-hal yang bisa Anda, sebagai orangtua, lakukan di masa tua melihat apa yang diteladankan pemazmur?
  • Bagaimana Anda, sebagai anak, bisa memberi perhatian lebih kepada orangtua Anda?