Janganlah Terlalu Saleh?
Pengkhotbah 7:11-12; 15-20
aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu. Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku.
- Mazmur 73:22-23
Anda dengan tekun menyusuri ayat demi ayat dalam kitab Pengkhotbah. Lalu, sampailah Anda di ayat 16. “Jangan terlalu saleh?!” Anda terperanjat kaget, “Lantas apa gunanya selama ini aku berusaha menjadi orang yang lebih berhikmat? Menjadi lebih serupa Kristus? Lebih mengasihi dan rajin melayani?”
Tenang… Raja Salomo tidak sedang mengatakan bahwa usaha Anda untuk bertumbuh dalam Kristus adalah sesuatu yang salah. Di dalam larangannya menjadi terlalu saleh dan terlalu berhikmat, Salomo sebenarnya hendak mengatakan, “Jangan berharap kamu bisa mencapai hikmat sempurna yang akan memberikanmu hidup bebas masalah.” Entah seberapa banyak kita membaca buku, mendengarkan nasihat, dan melakukan usaha-usaha lainnya, hidup kita tidak akan selamanya mulus. Tidak peduli seberapa besar kita berjuang untuk menjadi bijak, akan ada momen di hidup dimana kita kehilangan arah. Kita tidak tahu ke mana harus melangkah. Kita bingung apa yang sebenarnya Tuhan lakukan dalam hidup kita. Bahkan mungkin kita merasa dan berpikir Tuhan sedang mempermainkan kita.
Mengapa kita tidak bisa mempunyai hikmat sempurna yang membuat kita selalu tahu apa yang harus dilakukan dalam situasi apa pun, seperti para guru tua bijak dalam filmfilm silat? Jawabannya: supaya kita terus bergantung kepada Tuhan. Tuhan mengizinkan kita merasa bimbang, tersesat, dan bodoh—menggunakan bahasa Daud, merasa “seperti hewan” (lih. Mzm. 73:22-23)— supaya kita terus bergantung kepada-Nya. Sama seperti Daud yang menyadari kedunguan dan ketidakmengertiaannya, tetapi tetap dekat kepada Tuhan.
Bukankah ini keindahan dari iman kita kepada Tuhan Yesus? Di satu sisi, kita tidak boleh hidup dalam kebodohan dan ketidaktaatan. Namun di sisi lain, kita tahu di dunia ini kita tidak akan cukup berhikmat dan cukup taat sehingga hidup akan selalu lancar. Bahkan Yesus yang hikmat dan ketaatan-Nya sempurna sekalipun, memiliki kehidupan yang begitu sukar.
Jadi, tentu saja Anda harus berjuang menjadi orang yang makin berhikmat, makin serupa Kristus, makin mengasihi dan rajin melayani. Namun ingat, jangan berpikir bahwa melakukan semuanya berarti semua permasalahan hidup akan terselesaikan.
Refleksi Diri:
- Berapa tinggi Anda menilai kesalehan dan hikmat Anda dalam skala 1 sampai 10? Mengapa Anda menilai demikian?
- Apakah Anda pernah mengakui ketidakmengertian Anda dan memohon Tuhan menunjukkan langkah yang harus ditempuh saat merasa tersesat dan tak tahu harus berbuat apa?