Bagikan artikel ini :

Jeritan batin Ayub

Ayub 34:1-9

Aku benar, tetapi Allah mengambil hakku.
- Ayub 34:5

Anda bisa merasakan apa arti ungkapan ayat di atas? Aku benar tetapi hakku dirampas. Ayub merasa dirinya tidak ada yang salah sehingga menjerit merasa diperlakukan tidak adil oleh Allah. Ayub memohon supaya Allah memperhatikannya, “Berbaliklah, janganlah terjadi kecurangan, berbaliklah, aku pasti benar.” (Ay. 6:29).

“Bu, mana ada sih orang di dunia ini yang benar? Ayub saja berani-beraninya berkata ia benar!” Mari kita lihat Ayub 1:8, “Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang sedemikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” Siapa yang berkata di ayat ini? Tuhan Allah lho!

Jadi apa yang Ayub katakan pada ayat emas di atas adalah benar. Perkataannya adalah pergumulan batinnya: aku hidup benar. Aku telah menjauhi kejahatan.
Tapi kenyataannya, malah aku kehilangan harta. Aku pedih ditinggal mati anak-anakku. Aku sakit parah yang menyiksaku. Aku dihina oleh istri dan teman-temanku. Sekarang, Anda sudah mulai bisa merasakan perasaan Ayub dalam ungkapannya di ayat 5, bukan? Perkataan Ayub adalah sebuah jeritan, tangisan kepedihan, karena haknya terampas. Ayub tidak bisa mengerti. Ia protes kepada Tuhan.

Kita pun pernah mengalami banyak hal yang sulit untuk dimengerti di perjalanan hidup kita dalam mengikut Tuhan. Tenang, Kawanku, Anda tidak sendirian. Apa yang kita alami saat ini belum separah yang Ayub alami. Ayub kebingungan, ia bergumul tapi juga marah. Ayub juga salah kata karena penderitaan fisik dan jiwa membuat emosinya terguncang. Namun, Ayub tidak menyerah. Ayub tetap memandang Tuhan di tengah penderitaan jiwa dan fisiknya, bahkan sanggup berkata, “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (ay. 2:10b).

Ingatlah selalu bahwa Tuhan Yesus tidak pernah menjanjikan hidup kita, anak-anak-Nya, akan selalu lancar dan berjalan mulus. Namun, Yesus berjanji bahwa Dia akan memberi kekuatan (Flp. 4:13) dan penghiburan melalui Roh Kudus (2 Kor. 1:3-4). Tetap percaya, yakin, dan pegang janji-Nya.

Refleksi Diri:

  • Sama seperti Ayub, apakah Anda siap menerima yang baik dan yang buruk dalam perjalanan hidup Anda?
  • Apa pengalaman masa lalu mengenai kekuatan dan penghiburan dari Tuhan yang memampukan Anda melewati pergumulan hidup?