Bagikan artikel ini :

Jimat Membawa Kiamat

1 Samuel 4:1-11

Ketika tentara itu kembali ke perkemahan, berkatalah para tua-tua Israel: “Mengapa TUHAN membuat kita terpukul kalah oleh orang Filistin pada hari ini? Marilah kita mengambil dari Silo tabut perjanjian TUHAN, supaya Ia datang ke tengah-tengah kita dan melepaskan kita dari tangan musuh kita.”
- 1 Samuel 4:3

Kepercayaan takhayul ada dalam setiap suku dan budaya. Banyak sekali. Di kalangan orang Tionghoa misalnya, ada kepercayaan angka tertentu membawa hoki (keberuntungan) dan kesialan. Angka 8 dan 9 dianggap angka keberuntungan. Sebaliknya, angka 4 dianggap membawa kesialan.

Orang Israel juga percaya hal-hal takhayul. Ketika kalah perang, mereka mengeluarkan senjata “pamungkas”, yaitu tabut perjanjian Tuhan. Mereka berpikir tabut perjanjian akan membawa kemenangan. Orang Filistin pun percaya hal itu sehingga mereka juga ketakutan. Faktanya, Israel tetap kalah perang, bahkan tabut perjanjian berhasil direbut orang Filistin. Kedua anak imam Eli yang ikut mengawal tabut perjanjian juga ikut tewas. Sudah kalah perang, tabut direbut, para imam pun tewas. Kekalahan total!

Mengapa bisa kalah padahal sudah membawa tabut? Bukankah tabut perjanjian identik dengan kehadiran Allah? Di sinilah masalahnya. Memang benar, Allah menyatakan bahwa tabut perjanjian adalah simbol kehadiran-Nya. Akan tetapi, ada faktor lain yang lebih penting, yaitu sikap hati manusia. Orang Israel sebenarnya tidak percaya kepada Allah, tetapi pada tabut. Mereka percaya takhayul dan menjadikan tabut sebagai jimat. Tak penting bagi mereka Allah hadir atau tidak, yang penting tabut-Nya hadir. Selain itu, orang Israel hidup dalam dosa. Para imam saja, yaitu kedua anak imam anak Eli, berkanjang dalam dosa. Bagaimana Allah mau menyertai umat yang berdosa dan tidak bertobat?

Seperti orang Israel yang menggotong tabut perjanjian sebagai jimat, demikian pula ada orang-orang Kristen memakai perhiasan atau aksesoris tertentu dengan tujuan “menarik” berkat Tuhan. Sejatinya, sumber berkat adalah Tuhan sendiri. Berkat tidak berkaitan dengan kehadiran benda-benda “suci”. Berkat berkaitan dengan kehidupan kita (coram Deo) di hadapan Tuhan. Tuhan menghendaki kita hidup di hadapan-Nya sebagai hamba yang taat dan setia. Jika kita hidup benar, kudus, taat, dan setia di hadapan Tuhan maka Tuhan Yesus tidak akan menahan berkat-Nya.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda pernah berpikir bahwa benda-benda tertentu, seperti salib membawa keberuntungan bagi Anda?
  • Siapa atau apa yang Anda andalkan dalam upaya meraih keberhasilan? Apakah Yesus sudah menjadi andalan Anda?