Bagikan artikel ini :

Jurus menghindari jebakan dosa

Daniel 6:11-16

Setelah raja mendengar hal itu, maka sangat sedihlah ia, dan ia mencari jalan untuk melepaskan Daniel, bahkan sampai matahari masuk, ia masih berusaha untuk menolongnya.
- Daniel 6:15

Hukum yang seharusnya bertujuan untuk melindungi warga (dan raja) telah disalahgunakan oleh para pejabat yang iri dengan melakukan diskriminasi terhadap Daniel. Mereka merebut hak mendasar sebagai manusia yang di zaman sekarang dikenal dengan istilah “pelanggaran hak asasi manusia”. Raja Darius yang dijebak untuk mengeluarkan hukum larangan tersebut baru sadar akan kesalahannya ketika semua sudah terjadi.

Menyesal kemudian seringkali tidak berguna untuk mencegah kerusakan yang sudah terjadi. Karena itu penting sekali bagi para pemimpin, terutama pemimpin Kristen, untuk mencari cara agar tidak terperangkap oleh “titik buta” (blind spot).

Sebagai orang berdosa, setiap kita memiliki titik buta, yaitu area hidup yang tidak disadari berpotensi merusak diri. Titik buta umumnya berhubungan dengan dosa keinginan mata, keinginan daging, dan keangkuhan hidup (1Yoh 2:16). Raja Darius terperangkap oleh dorongan untuk dipuja rakyatnya. Ada pemimpin yang jatuh oleh jebakan harta, sementara pemimpin yang lainnya oleh dorongan seksual tak terkendali.

Satu cara untuk menghindari jebakan dosa dan hidup berintegritas adalah dengan memiliki sahabat-sahabat akuntabilitas di dalam komunitas orang percaya. Sahabat-sahabat akuntabilitas adalah mereka yang dapat kita percaya dan yang kita beri izin untuk bertanya apa adanya tentang diri kita. Gordon MacDonald, seorang teolog dan penulis buku terkenal suatu kali jatuh dalam perselingkuhan. Dalam pengakuan dosanya yang dimuat di majalah Christianity Today, ia mengakui bahwa kejatuhannya adalah karena tidak punya sahabat-sahabat kepada siapa ia dapat mempertanggungjawabkan hidupnya.

Persahabatan akuntabilitas semacam ini tidak bertujuan menghasilkan hidup yang sempurna (karena itu tidak mungkin terjadi). Persabatan akuntabilitas punya tujuan saling menolong agar masing-masing dapat bertumbuh menjadi semakin serupa Kristus. Mari bangun persahabatan di dalam komunitas kita yang bisa saling mengingatkan dan menegur dengan baik. Persahabatan yang mengetahui dan bisa mengingatkan kelemahan kita yang tidak dilihat oleh diri kita sendiri, kecuali oleh mereka yang memiliki kedekatan hubungan. Sahabat adalah pemberian Allah yang sangat berharga, carilah dan syukurilah.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda memilki sahabat-sahabat akuntabilitas? Jika belum, maukah Anda memintanya kepada Allah?
  • Bagaimana persahabatan semacam ini bisa menolong Anda menghindar dari jebakan dosa?