Bagikan artikel ini :

Kala tangis melegakan

Wahyu 21:1-8

Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.
- Wahyu 21:4

Menangis adalah luapan emosi yang wajar. Bayi yang baru dilahirkan saat mengambil nafas hidup yang pertama haruslah menangis. Pria dan wanita dewasa pun bisa menangis, bahkan menangis itu sehat dalam beberapa kejadian. Menurut medicaldaily.com, wanita menangis lebih banyak daripada pria. Ini karena wanita lebih mampu mentransfer emosinya secara biologis menjadi air mata dibandingkan pria.

Airmata jatuh saat mulut sudah tak mampu berkata-kata karena beratnya beban hidup. Tuhan tentu tahu, apa arti tetesan air mata kita. Sebab Tuhan yang menciptakan air mata dan Dia mampu menghapus linangan tetes air mata. Akan ada waktunya, tidak ada lagi tangisan dan air mata, yaitu pada saat kita sampai di rumah Bapa di Sorga.

Rasul Yohanes juga menyampaikan hal sama melalui perikop hari ini. Pada saat Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya, Yerusalem baru akan turun. Pada saat itulah segala air mata akan dihapuskan oleh-Nya. Tidak ada lagi dukacita atau ratap tangis, semuanya digantikan oleh sukacita sorgawi.

Seseorang berkata kepada saya, hujan itu air matanya Tuhan yang menetes melihat kesedihan manusia, aah lebay… hahaha… Jangan dihubungkan ke mana-mana. Air mata itu anugerah lho.. Saya tahu beberapa orang yang harus keluar uang tidak sedikit karena tidak bisa keluar air mata.

Sebuah kutipan indah saya baca dari buku karya Max Lucado: Air mata melegakan otak dan melepaskan kesengsaraan hati yang tak terpikulkan, seperti luapan air yang mengurangi tekanan banjir pada bendungan. Air mata adalah bahan yang dibuat di sorga untuk menenun pelangi yang terindah. Aiih… indahnya.

Kala kesusahan dan kedukaan melanda, silahkan menangis di hadapan-Nya. Sampaikan beban, tekanan yang menyesakkan dada Anda. Menangislah, jangan ditahan. Yusuf, Ayub, Daud bahkan Tuhan Yesus pun menangis. Menangis bisa melegakan Anda. Saya juga kerap menangis karena tak tega harus mengiris bawang merah, hahaha… Maaf ya bawang, engkau saya korbankan lagi. Saya iris lagi untuk bumbu sarapan pagi kami, hehehe…

Refleksi Diri:

  • Kapan Anda terakhir kali menangis di hadapan Tuhan? Apa yang Anda rasakan saat itu?
  • Bagaimana Anda sekarang akan menyikapi saat beban hidup berat dan ingin rasanya menangis?