Bagikan artikel ini :

Kasih yang keluh

Yunus 1:1-2; 4:1-11

Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?”
- Yunus 4:11

Saya yakin tidak ada pekerjaan yang lebih menyebalkan daripada melakukan yang tidak disukai. Yang berat bukan pekerjaannya itu, tetapi perasaannya. Oleh sebab itu, saya bisa membayangkan betapa beratnya bagi Yunus memberitakan seruan pertobatan kepada penduduk Niniwe. Bukan tanpa sebab Yunus membenci orang Niniwe. Orang Niniwe adalah bangsa yang sangat kejam dan pernah memperlakukan bangsa Israel dengan buruk.

Maka ketika seruan pertobatan itu ternyata diresponi positif oleh orang Niniwe, Yunus kaget dan kecewa (Yun. 4:1-3). Yunus tidak senang pekerjaannya berhasil. Ia sebal kalau orang Niniwe berbalik dari keberdosaannya dan diselamatkan Allah. Saya ajak Anda berhenti sejenak membaca renungan ini. Sekarang coba bayangkan diri Anda adalah Yunus. Keluarga Anda pernah menjadi korban kekerasan orang Niniwe. Bagaimana perasaan Anda terhadap orang Niniwe? Apakah Anda lebih senang mereka diselamatkan atau mereka binasa?

Hal terberat dalam mengasihi adalah dipaksa mengasihi. Mengasihi adalah hal yang seharusnya natural, mengalir dari dasar hati kita. Jadi ketika dasar hati kita tidak bisa mengasihi tapi ada paksaan untuk mengasihi, di situlah pergumulannya. Namun, Yesus pernah mengatakan “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?” (Mat. 5:46). Maksud Yesus adalah mengasihi orang yang mengasihi kita bukanlah perbuatan yang istimewa. Orang yang tidak kenal Tuhan pun melakukan hal itu.

Keunggulan etika yang diajarkan Yesus terletak pada pembalikan apa yang dianggap normal. Normal mengasihi orang yang baik. Normal membenci orang yang jahat. Yesus mengajarkan kepada kita untuk berbuat di atas normal. Upnormal. Untuk itu, Anda perlu berjuang keras. Anda perlu mengatasi perasaan benci, tidak suka, sebal, muak. Anda perlu membuang kepahitan masa lalu, memulihkan luka-luka batin. Anda perlu memiliki hati seperti hati Allah. Mereka yang jahat, berbuat jahat dalam kebodohannya. Tepat seperti apa yang Yesus katakan di atas kayu salib, “… mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”

Refleksi Diri:

  • Bagaimana kebenaran ini mengubahkan Anda dalam hal mengasihi orang yang tidak Anda kasihi?
  • Langkah apa yang Anda akan ambil supaya lebih lagi memiliki hati seperti Allah?