Bagikan artikel ini :

Kaya Atau Miskin?

Amsal 30:7-9

Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku.
- Amsal 30:8

Apakah yang dicari manusia di dunia ini? Menurut filsuf Aristoteles di dalam bukunya, Ethika Nicomachea, tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan. Hanya saja, pertanyaan lain mengemuka: bagaimana cara manusia meraih kebahagiaan? Salah satu cara yang umum dilakukan manusia adalah mengumpulkan uang. Manusia berpikir dengan uang bisa membeli kebahagiaan. Uang memungkinkan kita melakukan apa pun. Jalan-jalan ke mana pun, membeli apa pun yang diingini, dan terkadang dengan uang, memberikan rasa aman. Di sisi lain, harus diakui, tidak memiliki uang juga membawa sengsara. Mau sekolah saja sulit apalagi membeli rumah atau kendaraan yang dibutuhkan. Bahkan sekelompok orang karena tidak punya uang bisa melakukan tindakan kejahatan. Sebuah dilema terjadi.

Penulis Amsal mengakui hal yang sama. Memiliki banyak uang bisa berbahaya, tapi tidak punya uang juga bukannya lepas dari masalah. Ia berkata, “Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan.” Mengapa? Ayat 9 memberikan jawaban, “Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.” Inilah realita hidup. Pada waktu seseorang kaya raya, ia bisa lupa Tuhan yang memberkatinya. Berkat justru menjadi allahnya. Namun, pada waktu orang miskin, tidak ada uang dan makanan, ia bisa melakukan segala cara untuk mendapatkannya termasuk melakukan kejahatan. Kalau begitu, bagaimana baiknya?

Supaya tidak jatuh ke dalam kedua dosa tersebut, penulis Amsal mengajarkan kita untuk hidup selalu bersyukur. Kata “menikmati” pada ayat emas di atas artinya merasa bersyukur dengan apa yang ada. Penulis Amsal hendak mengajarkan untuk menikmati sesuai dengan kebutuhan kita. Makan, pakaian, tempat tinggal dan kendaraan secukupnya, sesuai dengan kebutuhan dan jangan berlebihan. Kalau berlebihan, bisa memancing kita pamer kepada orang lain dan menjerumuskan pada kesombongan. Hiduplah sederhana, nikmati apa yang kita terima dan syukurilah apa yang Tuhan Yesus sudah berikan. Jangan terdorong
mengingini lebih sehingga melakukan kejahatan karena keinginan tersebut. Yuk belajar untuk menikmati hidup. Bersyukur dan nikmati apa yang kita miliki. Sikap ini akan membawa kita pada kebahagiaan. Ketika merasakan kebahagiaan, kita tidak membutuhkan yang lain lagi.


Refleksi Diri:

  • Apa saja hal-hal materi yang bisa Anda syukuri saat ini? Bagaimana Anda menikmati hal-hal tersebut?
  • Apa wujud kebahagiaan yang Anda rasakan saat bisa mensyukuri dan menikmatinya?