Bagikan artikel ini :

Kekekalan Dalam Hati (2)

Pengkhotbah 3:1-11

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
- Pengkhotbah 3:11

Manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” Apa maksudnya? Kita tahu Allah berkuasa mengendalikan segala sesuatu, bahwa segala sesuatu terjadi sesuai musimnya, dan bahwa kita makhluk yang kekal. Namun, pengetahuan itu tidak serta merta membuat kita memahami dan menerima mengapa Allah melakukan ini dan itu. Jalan Allah bukan jalan manusia, rancangan Allah bukan rancangan manusia (Yes. 55:8). Seringkali kita dibiarkan tidak mengerti mengapa sesuatu hal terjadi. Dalam hal ini, kita hanya bisa beriman bahwa jalan-Nya sempurna (Rm. 8:28).

Banyak orang yang menderita berat bertanya kepada Tuhan, “Mengapa ya, Tuhan?” atau “Mengapa saya ya, Tuhan? Apa dosa saya?” Apakah mereka mendapat jawaban? Tidak. Jarang sekali Tuhan berbicara langsung kepada mereka menyatakan alasan penderitaan tersebut. Bahkan Ayub pun tidak langsung mendapat jawaban ketika menderita sangat berat. Sampai akhir kitab Ayub, kita tidak mendapatkan penjelasan langsung Allah kepada Ayub mengapa ia menderita. Ayub hanya diperintahkan untuk percaya dan mengakui kedaulatan Allah. Jadi, alih-alih bertanya, “Mengapa?”, lebih baik kita membuat pernyataan “Aku percaya ya, Tuhan! Percaya kepada rancangan-Mu adalah yang terbaik bagi hidupku.”

Saya coba kutipkan apa yang dikatakan Matthew Henry sebagai wasasan tambahan, “Setiap hal adalah seperti yang Tuhan buat; tidak seperti yang tampak bagi kita. Kita terlalu banyak menyimpan dunia di dalam hal kita, terlalu dikuasai pikiran dan beban hal duniawi sehingga tidak punya waktu dan hati untuk melihat tangan Allah di dalamnya. Dunia tidak hanya berhasil menguasai hati kita tetapi telah membangun pikiran yang berlawanan dengan keindahan karya Allah.”

Tuhan Yesus pernah menderita sangat saat harus memikul salib dan meregang nyawa di atas kayu salib tersebut untuk memberikan rancangan hidup indah dan kekal bagi kita. Marilah belajar melihat bahwa penderitaan yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita berada di dalam rancangan-Nya dan pada akhirnya membawa kebaikan kepada kita.

Refleksi Diri:

  • Mengapa pertanyaan “mengapa saya menderita” adalah pertanyaan yang sia-sia?
  • Bagaimana seharusnya Anda bersikap ketika menderita?