Bagikan artikel ini :

Kembali Ke Kasih Semula

Wahyu 2:1-7

Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
- Wahyu 2:4

Kehidupan sepasang suami istri sejatinya dalam kesetiaan satu sama lain sepanjang masa. Namun kenyataannya, banyak terjadi mereka tinggal di satu atap rumah, tetapi relasi pernikahan hanyalah formalitas saja. Seiring waktu, tidak ada lagi kehangatan dan kemesraan di antara mereka. Cinta kasih di awal pernikahan semakin luntur dan hilang. Pengambaran pernikahan ini seharusnya tidak terjadi di dalam relasi kita dengan Tuhan Yesus Kristus.

Hal serupa terjadi pada jemaat Efesus yang merupakan jemaat pertama dari tujuh jemaat yang menerima surat dari Kristus. Jemaat ini dirintis oleh Rasul Paulus dalam perjalanan misi ke-2 (Kis. 18:1-21). Dalam kunjungan terakhirnya (Kis. 19:17-38), Paulus memperingatkan mereka bahwa setelah ia pergi akan datang pengajar sesat yang mengacaukan jemaat Tuhan (Kis. 20:29). Paulus berharap mereka tetap setia dan waspada terhadap “serigala-serigala” yang jahat.

Beberapa dekade berlalu dan generasi pun telah berganti. Jemaat Efesus tetap setia dalam iman mereka. Dalam surat-Nya kepada jemaat Efesus di perikop bacaan hari ini, Tuhan Yesus memuji mereka. Mereka tekun dan bekerja keras dalam pelayanan. Mereka juga berdiri teguh dan tidak mengikuti ajaran sesat (ay. 2-3). Namun, Tuhan Yesus mencela mereka karena telah meninggalkan kasih yang semula (ay. 4). Artinya, sekalipun mereka setia, kesetiaan mereka tidak lagi berdasarkan relasi yang mesra dengan Tuhan. Tidak ada lagi iman yang hangat. Yang tersisa hanyalah ortodoksi yang dingin dan mati.

Melalui perenungan ini, kita diingatkan bagaimana dengan relasi kita dengan Tuhan Yesus di dalam pelayanan, pekerjaan atau pun keseharian kita. Kesetiaan formal tidaklah cukup. Datang beribadah rutin ke gereja setiap Minggu. Sibuk dan aktif dalam berbagai pelayanan. Namun, hati kita ternyata jauh dari pikiran dan hati Kristus. Setiap orang percaya haruslah memiliki relasi yang dekat, hangat, dan mesra dengan Tuhan Yesus. Jika tidak, kaki dian akan diambil dari tempatnya (ay. 5). Artinya, tanpa pertobatan dan kembali ke kasih yang semula, kaki dian, yakni jemaat-Nya, akan dicabut dari mereka. Hendaklah kita bertobat dari relasi kita yang dingin dan mati, supaya kita menang dan mendapatkan pohon kehidupan di Taman Firdaus Allah (ay 7).

Refleksi Diri:

  • Berapa lama Anda sudah mengikut Yesus? Apakah relasi Anda dengan-Nya sudah menjadi dingin dan sekadar formalitas?
  • Apa komitmen Anda untuk membangun kasih semula layaknya pasangan yang baru menikah?