Bagikan artikel ini :

Ketika Rasa Tidak Aman Membayang

Matius 2:1-18

Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: “Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.”
- Matius 2:13

Sejarah mencatat bahwa Herodes Agung adalah seorang raja boneka Romawi yang berkuasa di Yudea. Ia bukan keturunan Raja Daud dan hanya setengah Yahudi. Karena itu, Herodes selalu merasa tidak aman dan khawatir jika sampai tahtanya direbut.

Herodes mendapat informasi dari orang Majus tentang lahirnya raja orang Yahudi. Begitu mendengar kabar mengejutkan itu, Herodes bermaksud membunuh bayi yang dicari oleh orang Majus tersebut. Herodes pura-pura mengatakan bahwa ia pun akan menyembahnya jika orang Majus dapat memberitahukan keberadaan bayi tersebut. Orang Majus kemudian diperingatkan melalui mimpi supaya tidak kembali ke Herodes. Mereka akhirnya pulang melalui jalan lain. Ketika Herodes mengetahui hal ini, ia marah sekali dan memerintahkan untuk membunuh semua anak berusia dua tahun ke bawah di Betlehem dan sekitarnya. Bayangkan dampak dari rasa tidak aman Herodes. Keluarga-keluarga di Betlehem dan sekitarnya yang baru saja bersukacita karena mempunyai seorang anak kini menangis meraung-raung karena bayi mereka tiba-tiba dibunuh tanpa alasan yang mereka pahami.

Rasa tidak aman berbahaya karena bisa membuat seseorang jatuh ke dalam dosa sehingga merugikan diri sendiri dan orang lain. Rasa tidak aman menjadi sangat berbahaya jika yang mengalaminya adalah seorang pemimpin. Pemimpin yang merasa tidak aman dengan posisinya, dengan popularitasnya atau dengan kelayakannya (alias minder) sulit untuk bisa memberdayakan orang lain (orang-orang yang dipimpinnya) secara maksimal. Ketika rekan atau bawahannya punya ide atau karya yang (lebih) baik, ia akan menolak atau malah menekan sehingga ide atau karya itu tidak pernah muncul ke permukaan.

Kita pun sebaiknya memeriksakan diri. Apakah ada rasa tidak aman yang tidak pada tempatnya, yang selama ini menghantui kita? Carilah akar masalahnya. Jika merasa kurang berhikmat, mohonkan kepada Allah, Dia akan memberikannya secara murah hati (Yak. 1:5). Jika merasa tidak layak, ingatlah status kita sebagai anak Allah yang dikasihi secara mendalam oleh-Nya (lih. Yoh. 1:12-13, Yoh. 3:16). Kita adalah biji mata-Nya (Za. 2:8).

Refleksi Diri:

  • Apakah rasa tidak aman yang Anda sedang alami dalam keseharian hidup? Apa akar masalah rasa tidak aman tersebut?
  • Sudahkah Anda membawanya ke hadapan Tuhan yang dapat mengubahnya menjadi kekuatan?