Bagikan artikel ini :

Kita semua akan pindah

2 Korintus 5:1-9

Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, - sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat.
- 2 Korintus 5:6-7

Seorang rekan posting di WhatsApp, mengatakan bahwa ia akan pindah dari dunia ini ke dunia kekekalan. Tulisannya berlatar belakang foto dirinya yang sedang tertawa lebar. Saya yakin, kalimat dan gambarnya disusun/dipilih dengan serius. Ia ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak takut menghadapi kematian. Sebagai informasi, ketika menuliskan hal itu, rekan tersebut sedang menghadapi penyakit yang sangat berat. Harapannya untuk sembuh semakin tipis.

Tak banyak orang dapat mengatakan hal yang sama. Kematian bagaimana pun juga adalah musuh manusia (1Kor. 15:26). Meskipun Yesus sudah bangkit dan mengalahkan maut, bagi setiap kita pengalaman real mengalahkan maut baru akan terjadi ketika Dia datang kembali ke dunia untuk kedua kalinya, memberikan hidup kekal kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Apakah Anda pernah berpikir tentang kematian? Bagaimana perasaan Anda?

Rasul Paulus memberikan penghiburan dengan mengatakan bahwa kehidupan kita yang sekarang seperti kemah. Kemah adalah tempat kediaman sementara.
Cepat atau lambat, akan dibongkar. Cepat atau lambat, kita akan pindah. Tinggal di dalam kemah tidak menyenangkan. Allah itu baik sehingga Dia menyediakan tempat kediaman kekal, yaitu sorga. Dunia ini sudah jatuh ke dalam dosa, semua orang berdosa. Akibatnya, kebahagiaan tidak akan dapat ditemukan di dunia ini.

Tujuan Tuhan mengizinkan kita mengalami penderitaan, salah satunya adalah agar kita tidak menjadikan dunia ini sebagai tujuan akhir. Hanya Allah dan sorga tujuan akhir kita. Benarkah Allah dan sorga menjadi tujuan akhir hidup Anda?

Dalam masa penantian, Rasul Paulus mengatakan bahwa ia hidup oleh percaya, bukan melihat. Ia tahu ia harus percaya kepada siapa: Kristus. Hanya Kristus yang bisa membawanya dari dunia ini ke tempat kediaman yang kekal.

Kiranya melalui perenungan ini kita kembali diingatkan bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Yang jadi tujuan utama kehidupan kita adalah bertemu dengan Tuhan Yesus Kristus di sorga. Dan hendaklah saat pertemuan itu, kita kedapatan sebagai hamba yang setia.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana kesadaran bahwa hidup di dunia ini fana memengaruhi sikap Anda dalam menjalani hidup?
  • Apakah Anda yakin bahwa di akhir hidup, Anda akan memiliki kediaman di sorga?