Bagikan artikel ini :

Komunikasi terbuka dengan Yesus

Yohanes 2:1-11

“Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.”
- Yohanes 2:7

Yesus, Maria ibu-Nya, dan murid-murid-Nya diundang ke sebuah pesta pernikahan. Mereka berada di sana ketika kantong anggur menumpahkan tetes terakhirnya. Kehabisan anggur di perayaan pernikahan bagi orang Yahudi adalah masalah serius. Di pesta pernikahan inilah Yesus pertama kali melakukan mukjizat ketika mengubah air menjadi anggur sehingga sebuah keluarga besar mengalami mukjizat-Nya dan terhindar dari dipermalukan orang banyak.

Sepertinya keluarga yang menikah di Kana ada hubungan dengan Maria sehingga masalah kehabisan anggur menjadi kepeduliannya. Maria berusaha membantu mencari solusi untuk keluarga ini. Maria tidak menunjukkan kekhawatiran atau kebingungan, ia tahu bahwa Yesus adalah Mesias yang ditunggu-tunggu sehingga ia berkata kepada-Nya, “Mereka kehabisan anggur.” (ay. 3). Yesus menyahut, “Saat-Ku belum tiba,” (ay. 4). Bagi Yesus belum waktunya Dia melakukan mukjizat sebagai tanda Dia adalah Mesias.

Awalnya, Yesus seolah-olah menolak memberi solusi untuk masalah tersebut. Tapi Maria tidak memberikan respons atas tanggapan Yesus. Sebaliknya, ia justru memerintahkan para pelayan, “Apa yang dikatakan (Yesus) kepadamu, buatlah itu!” (ay. 5). Dan para pelayan pun menyodorkan tempayan-tempayan kosong ke hadapan-Nya. Maria percaya Yesus bisa menolong keluarga yang sedang diperhadapkan dengan masalah besar. Yesus paham keinginan Maria, lalu Dia menunjuk ke arah enam tempayan besar dan berkata, “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air” (ay. 7).

Saudaraku, Maria dan Yesus memiliki komunikasi yang sangat baik, akrab, dan terbuka. Mereka saling memahami dengan bahasanya masing-masing. Sungguh indah jika kita bisa punya hubungan akrab dan terbuka dengan Yesus. Hubungan yang dekat dengan-Nya membuat kita peka terhadap kebutuhan orang lain dan memberikan solusi terbaik bagi orang yang dalam masalah.

Mukjizat pertama Yesus dilakukan untuk menolong satu keluarga. Ini menunjukkan bahwa keluarga punya nilai tinggi di hadapan Tuhan. Yesus tidak ingin membiarkan keluarga mengalami kehancuran. Yesus rindu menolong keluarga karena Dia peduli dan mengasihi keluarga. Jika keluarga kita sedang menghadapi masalah, berharaplah kepada Tuhan Yesus, berkomunikasikanlah dengan-Nya secara akrab dan terbuka. Dia peduli dengan keluarga Anda.

Salam mengasihi keluarga.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda bisa percaya kepada Mesias tanpa perlu takut dan khawatir bahwa Dia pasti mampu memberikan solusi atas permasalahan Anda?
  • Apa yang Anda akan lakukan untuk membuat komunikasi dengan Yesus akrab dan terbuka?