Bagikan artikel ini :

Komunikata

Maleakhi 2:1-9

Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam.
- Maleakhi 2:7

Saya ingat sebuah program TV sewaktu masih duduk di bangku SD bernama Komunikata. Dua tim adu kemampuan berkomunikasi dengan membisikkan sebaris kalimat dari satu orang ke orang yang lain. Jarang sekali orang terakhir bisa menyebutkan kalimat itu dengan lengkap dan benar. Apakah karena ia salah dalam mendengar? Atau kurang konsentrasi? Belum tentu juga. Sering kali dimulai dari orang-orang sebelumnya.

Hal serupa terjadi dengan orang-orang Israel. Mengapa mereka bisa demikian tidak menghormati Tuhan dengan memberikan persembahan yang cacat? Jawabannya karena imam-imam mereka pun tidak menghormati Tuhan. Ini wajar. Jika seorang pendeta atau penginjil main handphone sepanjang kebaktian, Anda pun akan tergoda untuk main handphone juga kan.

Bagian ini memang secara spesifik menunjuk kepada para rohaniawan yang terpanggil khusus untuk melayani Tuhan. Namun, prinsipnya berlaku di mana pun kita ditempatkan Tuhan sebagai pemimpin. Sama seperti orang-orang Lewi adalah imam bagi orang-orang Israel, para ayah adalah imam dalam keluarga. Jika anak-anak berlaku tidak baik, apakah mungkin Anda memberikan contoh yang buruk? Anda tentunya pernah mendengar perkataan bahwa anak-anak belajar bukan dari perkataan kita tetapi dari teladan kita. Tentu saja, ini tidak hanya berlaku untuk para ayah tetapi juga para ibu.

Baik dalam keluarga, dalam kepengurusan gereja, dalam pelayanan, dalam pekerjaan, dalam sekolah, atau dalam organisasi-organisasi tertentu, Tuhan memberikan kesempatan kepada kita untuk menjadi pemimpin. Ini adalah berkat tetapi juga tanggung jawab besar. Pada umumnya orang mengejar-ngejar jabatan tinggi tetapi menolak tanggung jawab yang menyertainya, salah satunya adalah tanggung jawab untuk menjadi teladan.

“Ah, tapi aku ini hanya orang biasa. Bukan ayah. Bukan bos. Bukan pemimpin.” Jangan salah. Ketika Anda menjadi orang Kristen, Anda otomatis menjadi bagian dari “imamat rajani” (1Ptr. 2:9). Sebagai pengikut Kristus, tanggung jawab menjadi imam bagi orang-orang di sekeliling kita tidak terhindarkan. Anda tidak bisa melarikan dari menjadi teladan. Jadilah pemimpin yang meneladani bukan hanya melalui kata-kata, tapi juga melalui tindakan.

Refleksi diri:

  • Di mana Tuhan menempatkan Anda untuk menjadi seorang pemimpin?
  •  Sudahkah Anda menjadi pemimpin yang baik? Apa yang bisa Anda lakukan untukmeningkatkan kualitas kepemimpinan Anda?