Kualitas Hadiah
Matius 2:1-12
Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
- Matius 2:11
Perikop hari ini menceritakan orang-orang Majus dari Timur yang datang ke Yerusalem untuk mencari raja yang telah dinubuatkan di Bilangan 24:17. Para Majus tahu ketika sinar berupa bintang menunjuk ke Yudea maka nubuatan telah digenapi. Saat tiba di rumah yang ditunjukkan oleh bintang dan melihat Sang Bayi, mereka langsung sujud menyembah Dia lalu mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur.
Perhatikan urutan yang jelas terlihat dari kisah ini: para Majus menyembah terlebih dahulu, barulah memberikan hadiah. Kadang kenyataan ini urutannya suka terbalik. Seseorang memberi dulu hadiah baru kemudian berpikir tentang menyembah Tuhan. Dengan demikian, hadiah bisa dianggap sebagai kompensasi untuk menutupi misalnya, rasa bersalah, perbuatan berdosa atau yang lainnya. Seperti misalnya seorang suami yang telah berselingkuh, menghujani istrinya dengan berbagai hadiah mahal. Hadiah jadi suatu perwujudan dari kebanggaan diri yang salah, yaitu merasa diri berharga karena hadiah yang dapat kita berikan.
Karena itulah Yesus menegaskan yang terpenting adalah kualitas hati pemberi hadiah, bukan kuantitas hadiahnya. Ia menggambarkan kebenaran ini melalui kisah janda miskin yang memasukkan dua peser ke dalam peti persembahan di bait Allah. Persembahan janda ini berbanding terbalik dengan banyak orang kaya yang memberi dalam jumlah yang besar (Mrk. 12:41-44). Yesus lalu mengatakan kepada para murid-Nya bahwa janda miskin tersebut memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Alasan yang Yesus kemukakan adalah “mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”
Bunda Teresa menjelaskan realita ini dengan mengatakan, “Bukan seberapa banyak kita memberi, tetapi seberapa besar kasih yang ada di dalam pemberian itu.” Marilah sekali lagi berkaca dan melihat ke dalam hati, bagaimana motivasi kita dalam memberi hadiah persembahan kepada Tuhan yang kita sembah, Kristus Yesus. Hendaklah kita memberi sebagai wujud penyembahan dan penghormatan kita kepada-Nya.
Refleksi Diri:
- Apakah pemberian Anda kepada Allah merupakan wujud penyembahan dari hati yang terdalam?
- Apa persembahan terbaik yang bisa Anda berikan bagi Tuhan Yesus?