Bagikan artikel ini :

Lebih dari kasih biasa (3)

Matius 5:43-48

Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
- Matius 5:46

Tuhan Yesus memberi perintah mengasihi musuh. Kalau di renungan kemarin kita belajar mengenai alasan mengasihi musuh, maka pada renungan ini kita membahas tentang wujud nyata tindakan yang bisa kita lakukan sebagai ungkapan mengasihi musuh kita.

Pertama, memberi salam. “Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja...” (Mat. 5:47). Salah satu wujud mengasihi adalah memberi salam. Perintah yang tersirat dalam perkataan ini adalah jangan memberi salam kepada saudara-saudara kita saja tetapi juga kepada musuh. Kepada siapa Anda memberi salam? Orang yang dikenal? Yang baik? Tuhan Yesus ingin kita berbuat lebih yaitu memberi salam kepada orang yang sedang bermasalah dengan kita. Sanggupkan diri Anda untuk melakukan hal itu.

Kedua, menolong memenuhi kebutuhan mereka atau melayani mereka. “Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Mat. 5:45). Sinar matahari dan hujan adalah kebutuhan fisik manusia. Allah memenuhi kebutuhan orang benar dan fasik tanpa pilih-pilih. Kita juga harus meneladani Dia. “Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! …” (Rm 12:20). Mengasihi musuh berarti menolong mereka dalam hal-hal yang praktis.

Ketiga, berdoa bagi mereka. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Mat. 5:44). Berdoa bagi musuh adalah ungkapan kasih paling dalam, karena Anda menginginkan yang baik terjadi pada mereka. Anda bisa melakukan hal baik kepada musuh tetapi tidak tulus. Namun, Anda tidak mungkin berdoa bagi mereka dengan pura-pura di hadapan Allah yang tahu isi hati kita. Anda bisa mendoakan agar mereka bertobat, agar hati mereka diubahkan, agar berhenti berdosa. Itulah yang dilakukan Stefanus ketika ia sedang dilempari batu. “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” (Kis. 7:60).

Yuk, mari segera nyatakan wujud kasih kita kepada musuh melalui salah satu contoh di atas.

Refleksi Diri:

  • Dari ketiga contoh tindakan mengasihi musuh, mana yang sudah Anda lakukan?
  • Dengan doa-doa yang Anda panjatkan kepada musuh, apakah sudah memengaruhi hati dan perasaan Anda untuk lebih mengasihi musuh Anda?