Lembut Tapi Kuat
Kisah Para Rasul 8:26-40
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
- Matius 5:5
Ketika Anda membayangkan seseorang yang lemah lembut, siapa yang ada dalam benak Anda? Bagaimana Anda membayangkan karakter orang tersebut? Kebanyakan orang sering mengasosiasikan orang yang lemah lembut dengan orang yang lemah. Apakah asumsi ini benar? Seorang hamba Tuhan bernama Todd Wilson menuliskan demikian, “Kelemahlembutan adalah ekspresi kekuatan, kualitas karakter yang berakar pada kepercayaan diri yang dalam, serta pengendalian diri. Kelemahlembutan menghasilkan ketenangan pikiran, kemantapan jiwa, keheningan hati, meski di tengah kritik atau perlakuan buruk dari orang lain. Kelemahlembutan bukanlah tanda-tanda orang lemah, melainkan mereka yang kuat, sebuah ciri yang jarang kita lihat di dalam dunia yang kompetitif, pendendam, dan kasar ini.” Kelemahlembutan adalah salah satu karakter dari buah roh dan berkaitan erat dengan pengendalian diri.
Salah satu pribadi yang sempurna meneladankan kelemahlembutan adalah Tuhan Yesus sendiri. Di dalam perikop bacaan hari ini, kita menemukan bahwa sida-sida dari Etiopia sedang membaca bagian dari Kitab Yesaya yang berisi tentang nubuatan tentang Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (ay. 32-33), sebuah nubuatan tentang penderitaan dan kematian Yesus Kristus (ay. 34-35). Di tengah perlawanan dan permusuhan yang ditunjukkan kepada-Nya, Yesus tidak membuka mulut-Nya. Yesus tidak melawan, Dia bahkan mendoakan mereka yang menimpakan siksaan kepada-Nya. Ini bukanlah tanda kelemahan, tetapi sebuah ekspresi iman yang kuat. Di dalam tinggal tenang, Yesus menyerahkan diri-Nya sepenuhnya di dalam kedaulatan Allah Bapa. Yesus percaya sepenuhnya bahwa Allah akan menghakimi dengan adil (1Ptr. 2:23) dan kelemahlembutan yang ditunjukkan oleh-Nya pada akhirnya membawa keselamatan bagi manusia (Rm. 2:4). Nubuatan tentang kelemahlembutan Yesus ini akhirnya membuat sida-sida mengenal pribadi Kristus dan membawanya pada pertobatan.
Kelemahlembutan berarti menghadapi perlawanan dan penolakan dengan kesabaran serta pengampunan, dan bukan dengan balas dendam. Kelemahlembutan juga bisa diekspresikan dengan merespons tuduhan dengan sikap diam yang tenang, bukan dengan protes keras. Di dalam diam tenang, kita berdoa bagi mereka yang yang telah memojokkan kita, sama seperti Yesus berdoa kepada Bapa bagi mereka yang menganiaya-Nya (Luk. 23:34). Marilah kita menyadari bahwa kelemahlembutan yang kita tunjukkan kepada sesama bisa dipakai oleh Allah untuk menunjukkan siapa Kristus.
Refleksi Diri:
- Bagaimana Anda meyakini bahwa kelemahlembutan berasal dari iman yang kuat?
- Bagaimana Anda merespons orang-orang yang melawan, menolak, atau memojokkan Anda? Apakah Anda bersedia bersikap lemah lembut dan mendoakan mereka?