Bagikan artikel ini :

Makanan yang kekal

Yohanes 6:22-29

Jawab Yesus kepada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.” - Yohanes 6:29

Sebagai orang Kristen, kita sudah biasa dengan istilah “makanan rohani” dan “makanan jasmani.” Kita diyakinkan bahwa makanan rohani jauh lebih penting daripada makanan jasmani. Namun, Yesus memberi terminologi baru tentang makanan. Ia tidak membaginya seperti itu. Ia mengatakan tentang “makanan yang akan dapat binasa” dan “makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal” (ay. 27). Memang istilah yang panjang tetapi maksudnya jelas. Yesus tidak mengkategorikan kebutuhan manusia atas jasmani dan rohani, tetapi atas nilainya.

“Makanan yang akan dapat binasa” secara sempit mengarah pada makanan jasmani yang sifatnya sementara. Sedangkan “makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal” pada makanan rohani. Namun, bukan itu pokok yang ingin disampaikan Yesus. Bagi Yesus, bukan soal jasmani rohani yang penting tetapi soal nilainya. Makanan yang akan dapat binasa bukan saja makanan jasmani tetapi juga bisa mencakup hal-hal rohani atau mental yang “memberi makan” jiwa kita. Renungkan sejenak, hal apakah yang paling mendominasi pikiran Anda? Uang? Kesenangan? Makanan? Seks? Keluarga? Atau yang lain? Itulah yang Yesus maksud dengan “makanan yang akan dapat binasa.” Menurut Anda, apakah makanan seperti itu bernilai kekal atau fana?

Yesus mengatakan bahwa yang paling penting adalah mendapatkan “makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal.” Dalam bayangan Anda tentu ini firman Tuhan. Ya, memang itu yang Yesus maksudkan. Namun, firman Tuhan yang dimaksud tidak seperti khotbah yang Anda dengar setiap minggu. Belum lama beranjak keluar dari ruang kebaktian, Anda sudah lupa. Yang Yesus maksud adalah lebih daripada sekadar mendengar dan melupakan, tetapi percaya kepada Yesus sebagai Tuhan. Bicara tentang percaya, apa yang Anda pahami tentang percaya Yesus?

Istilah “percaya Yesus” sangatlah akrab dengan telinga kita, tetapi sejauh mana kita benar-benar percaya kepada Dia? Jangan hanya percaya Dia sebagai Juruselamat, tapi hendaklah sungguh memercayakan hidup kepada-Nya. Memercayakan sepenuhnya kepada Yesus, dimulai dengan suatu keinginan untuk memegang erat kebenaran firman-Nya dan menerapkannya di dalam kehidupan.

Refleksi Diri:

  • Apakah hal-hal yang mendominasi pikiran sudah selaras dengan firman Tuhan?
  • Langkah konkret apa yang Anda ingin ambil dalam menerapkan kebenaran firman Tuhan di dalam kehidupan Anda?