Bagikan artikel ini :

Mana yang Kupilih?

Filipi 1:21-26

Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus ‒ itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu. Filipi 1:23-24

Galau. Itulah kosa kata dalam bahasa gaul sekarang yang tepat menggambarkan perasaan Rasul Paulus di dalam Filipi 1:21-26. Perasaannya campur aduk. Dalam kondisi terpenjara, wajar ia memikirkan tentang kematian dan kehidupan. Sebagai narapidana, kematian bisa datang kepadanya kapan saja. Dalam kondisi itu, ia dihadapkan pada pilihan antara memilih hidup atau mati. Baginya, hidup adalah Kristus. Artinya, bekerja segiat-giatnya bagi Allah, menghasilkan buah. Di sisi lain, mati adalah keuntungan karena ia akan tinggal bersama dengan Kristus dalam kemuliaan. Berbeda dengan sebagian orang yang takut mati, ia justru melihat diam bersama-sama dengan Kristus sebagai hal yang jauh lebih baik.
Di dalam pergumulan itu, ia menemukan keputusan yang tepat, yaitu pada ayat 24: “tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.”
Ia melihat kebutuhan dan kepentingan jemaat sebagai alasan untuk tinggal dalam dunia ini. Ia ingin membangun iman jemaat dan mengabarkan Injil ke tempat-tempat yang belum terjangkau. Keputusannya menjadi berkat bagi orang banyak.

Galau dalam mengambil keputusan adalah hal yang sering kita alami.
Kalau itu menyangkut hal sepele seperti pakai sepatu apa ke pesta hari ini, keputusan apa pun tidak akan berdampak besar. Namun, kalau menyangkut hal prinsip atau vital seperti apakah saya akan tetap bekerja di tempat sekarang atau pindah ke tempat lain, apakah saya akan meneruskan hubungan pacaran saya dengan dia atau tidak, dan sebagainya, maka dasar pertimbangan kita haruslah jelas, yaitu kehendak Tuhan, bukan kehendak diri kita.

Apakah Tuhan Yesus - sesuai kebenaran firman-Nya - menghendaki kita mengambil keputusan itu? Misalnya, saya yakin harus pindah kerja karena pekerjaan sekarang memaksa saya berlaku tidak jujur. Jadi, keputusan itu didasarkan pada kebenaran Tuhan. Kedua, apakah keputusan saya itu mendatangkan berkat bagi orang lain? Bukan saja saya yang diuntungkan, tetapi orang lain juga diberkati melalui hidup saya. Jadi, saya tidak hanya memikirkan kepentingan sendiri saja, tetapi orang lain juga.

KEBIJAKAN PALING UTAMA DI DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN HIDUP HANYA BERSUMBER KEPADA YESUS KRISTUS.