Bagikan artikel ini :

Manusia Ada Batasnya

Kejadian 50:22-26

Berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya: "Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub." Kejadian 50:24

Seorang pemimpin gereja tersohor meninggal dunia. Jemaatnya tidak bisa menerima kenyataan tersebut. Mereka mendoakannya selama sekian hari dan meminta Tuhan membangkitkan almarhum. Namun setelah sekian hari, ternyata kebangkitan itu tidak terjadi. Akhirnya mereka pasrah.
Almarhum pun dikuburkan. Hal ini bisa terjadi karena jemaat sangat memuja dan mengandalkan almarhum. Keberadaan almarhum dianggap sangat penting. Mereka tidak menyadari bahwa tidak ada seorang pun manusia yang bisa diandalkan di dunia ini selamanya.

Menjelang akhir hayatnya, Yusuf berpesan kepada saudara-saudaranya. Karena Yusuf anak pangais bungsu maka kemungkinan kakak-kakaknya sudah lebih dulu meninggal dunia. Jadi yang dimaksud saudara-saudaranya adalah keturunan mereka. Betapa pun berkuasanya Yusuf sehingga mampu memeliharakan hidup keturunan saudara-saudaranya, tetap usia membatasinya. Ia akan segera meninggalkan dunia ini.

Ucapan Yusuf dalam ayat 24 menarik untuk dicermati. Selama berkuasa, Yusuf menjadi perpanjangan tangan Allah dalam memerhatikan keluarga besarnya. Namun, Yusuf sadar sepenuhnya dan ingin mereka memahami bahwa sesungguhnya Allah-lah yang memelihara hidup mereka. Bukan Yusuf. Bahkan Yusuf menegaskan satu ajaran penting: Mesir bukan tempat kediaman mereka yang permanen. Mesir hanyalah tempat persinggahan.
Negeri yang sesungguhnya adalah tanah Perjanjian yang dijanjikan Allah kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Yusuf mengarahkan pengharapan mereka kepada Allah. Allah yang hidup, Allah yang tidak pernah berubah janji dan kesetiaan-Nya. Kepada Allah yang seperti itulah mereka harus berharap dan bersandar.

Siapakah yang menjadi sandaran dan tempat Anda berharap di dalam hidup? Apakah itu bos perusahaan yang sangat baik? Orang tua yang kaya? Relasi bisnis yang luas? Pejabat yang berkuasa? Siapa pun mereka, tetaplah mereka manusia fana. Tidak ada seorang pun, betapa pun baiknya ia, yang bisa menjadi sandaran kita. Manusia cepat berubah. Keadaan dapat berubah kapan saja. Hanya kepada Allah kita harus percaya, berharap, dan bersandar.

Kasih setia-Nya dan janji-Nya tidak pernah berubah.

HANYA ALLAH TEMPAT SANDARAN YANG KOKOH DAN KEKAL.