Bagikan artikel ini :

Memandang salib Kristus

Lukas 23:26-43

Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ dan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya.
- Lukas 23:33

Perjalanan Yesus menuju Salib Golgota sungguh berliku. Penuh batu tajam dan tusukkan cemooh. Menikam hati setiap mata yang melihat. Berurai air mata kehinaan diri. Saat jalan terjal itu Yesus lewati dengan cucuran keringat dan darah. Menyayat jiwa yang perih merintih sendu. Meregangkan gejolak emosi ‘tuk berbelas kasih.

Saat tiba di bukit Tengkorak itu… Tiba saat-Nya disiksa. Tiba saat-Nya dipecut. Tiba saat-Nya tetesan darah bercucuran. Tiba saat-Nya mahkota duri disematkan. Tiba saat-Nya dihinakan. Oohhh.... Tubuh-Nya roboh tersungkur, terjerembab. Menahan perih dan luka menyayat. Namun Dia terus berlanjut.

Untuk kedua kalinya raga itu kembali terjatuh. Limbung... ambruk ke tanah. Dan.... kembali tubuh penuh kepasrahan itu tersungkur. Menanggung derita tiada tertahan. Menusuk relung kalbu. Lihat... Penderitaan belumlah berakhir. Tubuh lunglai itu direbahkan. Disatukan dengan salib terkutuk.

Aahhh... Paku-paku direjamkan. Tangan.... Kaki.... Merah.... darah muncrat keluar. Menyesakkan hati. Yesus disalibkan! Disandingkan dengan dua orang penjahat. Dijadikan bahan olok-olok. Namun, kemurahan hati tetap terpancar.

Menyambut peringatan akan kematian Kristus maka saya mengajak kita sekalian untuk merenungkan beberapa hal berikut:

Pertama, Salib Kristus adalah cermin kasih yang mulia. Memeringati kematian Yesus memampukan kita melihat diri, sudah sejauh mana sikap dan perbuatan kita mencerminkan kasih dan pengampunan dari Kristus.

Kedua, Salib Kristus adalah semangat berkorban untuk tujuan mulia. Yesus ingin menyelamatkan manusia dari dosa maka Dia rela menghadapi salib. Apa tujuan hidup kita? Beranikah kita berkorban? Kiranya saat memandang Salib Kristus, memotivasi kita untuk semakin bersemangat menjalani kehidupan, terlebih lagi memberitakan kasih Allah dengan semangat pengorbanan.

Ketiga, Salib Kristus adalah soal perubahan hidup. Perjumpaan dengan Salib Kristus sejatinya adalah titik balik perubahan hidup kita agar bisa memandang Tuhan di sorga dan hidup mengarahkan diri untuk-Nya. Sudahkah kita mengalami perubahan?

Di kala jiwaku terbelenggu dosa dan tak mampu menjerit, Yesus datang menyapa dan memulihkan keterpurukanku. Saat kupandang Salib Kritus, tangan-Nya sedang terulur meraih dan mengangkatku. Salam kasih Golgota.

Refleksi Diri:

  • Saat memandang Salib Kristus, apakah Anda melihat kasih Kristus ada di dalam diri Anda?
  • Apakah Anda rela berkorban demi mewujudkan tujuan hidup yang Yesus canangkan di dalam hidup Anda?