Bagikan artikel ini :

Membawa Penghiburan

Ayub 16:1-6

“Hal seperti itu telah acap kali kudengar. Penghibur sialan kamu semua! Belum habiskah omong kosong itu? Apa yang merangsang engkau untuk menyanggah?
- Ayub 16:2-3

Pernahkah Anda memiliki seorang sahabat yang sedang melewati masa-masa yang sulit tetapi Anda tidak tahu bagaimana harus menghiburnya? Mungkin Anda mengatakan kepada sahabat Anda bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan baginya seperti yang disampaikan firman Tuhan. Anda berpikir mungkin janji-janji penghiburan dan pemeliharaan Tuhan tersebut akan membuatnya merasa lebih baik.

Terkadang kita tidak tahan untuk tidak mengatakan sesuatu kepada orang-orang yang sedang menderita, terluka, atau kebingungan. Kita berkeinginan untuk menjelaskan kemungkinan mengapa mereka mengalami kejadian yang menyulitkan tersebut dan ingin memberikan kata-kata penghiburan. Kita juga mungkin berusaha menghubungi mereka setiap hari untuk melihat apakah situasi mereka membaik. Inilah yang dilakukan oleh sahabat-sahabat dari Ayub pada bacaan di kitab Ayub ini.

Sebagian besar kitab Ayub berisi penjelasan dari sahabat-sahabatnya mengenai mengapa anak-anaknya meninggal, mengapa seluruh ternaknya hilang, serta mengapa ia mengalami barah yang busuk di sekujur tubuhnya. Secara umum, kita akan setuju dengan penjelasan sahabat-sahabat Ayub. Namun sebenarnya, bukan karena alasan-alasan itulah Ayub mengalami berbagai macam penderitaan. Inilah yang menyebabkan kata-kata penghiburan sahabat-sahabat Ayub ini menjadi kata-kata yang membawa ketidaknyamanan dalam diri Ayub dan membuatnya justru menghardik mereka.

Terkadang Allah memang memakai kita untuk memberikan jawaban alkitabiah bagi mereka yang sedang mengalami penderitaan. Namun, kadang kala ada kondisi-kondisi dimana kita tidak menyadari bahwa apa yang kita katakan tidaklah membawa penghiburan. Daripada hanya mengutarakan kata-kata yang terdengar religius di dalam situasi-situasi seperti ini, ada kalanya kita lebih baik menutup mulut dan mendengarkan apa yang menjadi ungkapan kesedihan dan kekhawatiran orang-orang tersebut. Terkadang penghiburan justru mereka alami ketika kita menjadi pendengar yang baik bagi keluh kesah mereka, bukan ketika kita mencoba menjelaskan atau menyelesaikan masalah-masalah mereka.

Mari sediakan telinga yang mau mendengar, hati yang mau memahami atau jika perlu pundak yang mau menjadi sandaran kesedihan mereka. Biarlah pelukan kasih Yesus mengalir melalui diri Anda sehingga mereka bisa dihiburkan dan dikuatkan.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda sudah menjadi pendengar yang baik bagi mereka yang mengalami penderitaan?
  • Bagaimana cara Anda menjadi seorang penghibur yang berhikmat (tahu kapan waktu yang tepat untuk mendengarkan dan kapan waktu yang tepat untuk berbicara)?