Bagikan artikel ini :

Membiarkan Dosa Dan Penyesatan

Wahyu 2:18-29

Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.
- Wahyu 2:20

Tiatira yang terletak 72 km di sebelah tenggara Pergamus adalah sebuah kota industri yang menghasilkan wol, linen, garmen, tembikar, dll. Menurut tradisi waktu itu, para pengusaha dan pekerja di kota Tiatira harus bergabung dalam satu perkumpulan (serikat) sesuai dengan jenis industri mereka. Perkumpulan-perkumpulan ini melakukan ritual-ritual keagamaan yang menjadi tantangan bagi orang-orang Kristen di Tiatira. Apabila tidak bergabung dengan perkumpulan, mereka tidak bisa berusaha dan bekerja. Jika bergabung, mereka harus berkompromi melaksanakan ritual keagamaan yang tidak sesuai dengan iman Kristiani mereka.

Tidaklah mudah bagi orang-orang Kristen untuk menjalani hidup dan meniti karier di kota industri Tiatira, tetapi mereka tetap setia. Tuhan Yesus memuji akan kasih, iman, pelayanan, dan ketekunan mereka (ay. 19). Namun di tengah jemaat, ada penyesatan dilakukan oleh seseorang yang mengaku sebagai nabiah (nabi wanita). Tidak diketahui siapa namanya, ia disebut wanita Izebel. Perbuatannya menyerupai istri Ahab yang ada di Perjanjian Lama (bdk. 1Raj. 16:31). Nabiah ini mengajarkan bahwa tidak masalah mereka turut dalam ritual-ritual keagamaan dalam perkumpulan industri mereka (ay. 20). Menurut ajaran ini, iman boleh dikorbankan demi karier dan usaha.

Apa kesalahan jemaat Tiatiara? Mereka membiarkan terjadinya penyesatan dan tidak menjalankan disiplin atas penyesatan yang dilakukan nabiah. Gereja bersalah jika membiarkan dan tidak menerapkan disiplin atas jemaatnya yang jelas-jelas berdosa, apalagi mengajarkan ajaran sesat seperti yang terjadi di jemaat Tiatira. Gereja harus mempraktikkan disiplin gerejawi dan setiap anggotanya harus berpartisipasi.

Bagian Alkitab ini mengajarkan bagaimana kita bisa berpartisipasi dalam disiplin kerohanian di lingkungan gereja. Pertama, jika kita melakukan dosa, kita harus rela dan bersedia ditegur, serta bertobat dan dipulihkan. Entah hamba Tuhan atau saudara seiman sangat mungkin dipakai Tuhan untuk menyadarkan kita atas perbuatan dosa yang sengaja atau tidak sengaja kita lakukan. Kedua, jika kita tahu ada saudara seiman kita yang berdosa dengan bukti-bukti yang nyata maka kita harus berani dengan kasih menegurnya sesuai dengan cara dan nasihat Yesus (Mat. 18:15-17).

Refleksi Diri:

  • Apakah selama ini Anda rela dan bersedia ditegur oleh hamba Tuhan atau saudara seiman? Jika ada perbuatan dosa dilakukan, apakah Anda sudah bertobat di hadapan Tuhan?
  • Bagaimana Anda akan menegur dengan kasih saudara seiman yang telah melakukan perbuatan dosa?