Bagikan artikel ini :

Meneladani Yohanes Pembaptis

Matius 3:1-12

“Aku membaptis kamu dengan air …, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya.
Matius 3:11

Yohanes Pembaptis sesungguhnya seorang tokoh yang penting sebab pada dirinya terangkum dua peran sekaligus, yaitu sebagai nabi terakhir dalam Perjanjian Lama dan sebagai nabi pertama yang merintis kedatangan Yesus dalam Perjanjian Baru. Bahkan Tuhan Yesus pun mengakui keistimewaan Yohanes sebagai manusia terbesar (lih. Mat 11:11).

Yohanes memiliki keteladanan yang bisa kita ikuti. Pertama, ia rendah hati. Menjadi rendah hati perlu terus bercermin pada firman Tuhan dan terus mengingatkan diri bahwa kita hanyalah manusia biasa. Itu yang membuat Yohanes bisa berkata bahwa dirinya hanyalah suara yang membuka jalan Tuhan (Yoh. 1:23).

Kedua, Yohanes memiliki kejujuran. Ketika orang-orang melihat kehebatannya dan bertanya kepadanya ia pun dengan lugas menjawab, “Aku bukan Mesias.” (Luk. 3:15-17). Terakhir, ia memiliki keteguhan untuk menyatakan apa yang benar dan yang salah, bahkan sampai mengiringnya pada kematian.

Tahun lalu saya kedatangan tamu spesial, pemimpin misi ketika kami melayani di Tiongkok. Ia juga memiliki keteladanan yang sampai hari ini sukar saya temukan di dalam orang lain. Ia seorang pimpinan yang mau pengikutnya maju sesuai talenta karunianya dengan memberi dukungan sepenuhnya. Ia bukanlah tipe pemimpin yang membatasi kemajuan pengikutnya.

Selain itu, ia cukup rendah hati untuk menerima masukan. Seorang pekerja keras yang memenuhi kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya. Selama di Tiongkok, ia bekerja membangun bisnis dan keuntungannya digunakan untuk membiayai misi yang cukup luas di dataran Tiongkok. Dengan sangat murah hati, ia mendukung pelayanan misi Tiongkok selama hampir tiga puluh tahun. Bahkan terakhir, salah satu usahanya dijual untuk kemudian mempersembahkan jumlah yang sangat besar bagi pelayanan misi. Sama seperti Yohanes Pembaptis, pemimpin misi ini tahu panggilannya. Ia menjalankan semua tugas panggilannya dengan tekun sambil bersukacita.

Saudaraku, marilah kita tetap rendah hati dalam menjalankan panggilan hidup kita masing-masing, serta berusaha menjadi teladan yang bisa memberkati bahkan menginspirasi sesama. Walk the talk, kerjakanlah apa yang kita katakan. Suatu motto yang terdengar sederhana tetapi tidak begitu sederhana untuk diwujudkan. Ayo, setialah menjalani panggilan-Nya.

Salam walk the talk.

JADILAH TELADAN SESUAI PANGGILAN HIDUP ANDA, PANGGILAN YANG DAPAT MEMBUAT ORANG LAIN MEMULIAKAN YESUS.