Bagikan artikel ini :

Mengabdi Tuhan atau mamon?

Matius 6:19-24

Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan… Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.
- Matius 6:24

Mamon dalam bahasa Aram memakai kata “mamona”, berarti kekayaan, keuntungan atau uang. Tidaklah salah memiliki kekayaan/uang, jika diperoleh dengan cara yang benar. Yang salah adalah jika uang menjadi objek yang kita cintai (1Tim. 6:9-10). Dalam hal ini Yesus menegaskan bahwa seseorang tidak dapat mengabdi kepada dua majikan secara bersamaan. Artinya, kita tidak bisa melayani Allah dan pada saat yang sama terlibat secara luar biasa untuk mendapatkan dan mencintai kekayaan dunia.

Mengabdi kepada mamon adalah sikap yang memandang uang sebagai tuan kita, bos kita, penolong dan pemenuh kebutuhan kita. Uang dianggap sebagai si pemberi di dalam relasi antara hamba dan tuan. Sebaliknya, mengabdi kepada Allah bukan berarti kita memberi pelayanan atau bantuan kepada Allah, tetapi memandang Allah sebagai penolong, majikan, pemberi dan sebagai harta kita. Jadi bukan uang, tetapi Allah yang menjadi Sang Pemberi di dalam relasi hamba dan tuan.

Yesus menaruh perhatian besar terhadap uang karena di segala budaya dan zaman, uang sering menggantikan Allah di dalam hati manusia dan menjadi objek penyembahan mereka. “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Mat. 6:21). Apa yang kita lakukan dengan uang di situlah hati kita. Hati adalah pusat penyembahan kita. Ketika hati dikuasai kekayaan atau uang maka kita telah menilai, menginginkan, dan menghargai uang. Sebaliknya, jika Tuhan yang menguasai hati kita, maka kita selalu menginginkan dan menghargai-Nya.
Uang menjadi ancaman terbesar bagi ketaatan kita terhadap hukum yang pertama dan yang terakhir dari 10 Hukum Allah: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” dan “Jangan iri hati” (Kel. 20:3, 17). Uang mewakili segala materi yang lain. Keamanan dan kenikmatan dapat dibeli olehnya. Itulah sebabnya apa yang kita lakukan dengan uang kita, begitu penting bagi Yesus.

Saudaraku, berhati-hatilah dan berlakulah bijak terhadap uang. Jangan menjadi hamba uang, tetapi jadilah hamba Tuhan. Kelolalah kekayaan yang Tuhan percayakan dan manfaatkanlah uang untuk memperluas pekerjaan Tuhan melalui gereja dan menolong umat-Nya.

Refleksi Diri:

  • Seberapa pentingkah uang dibandingkan Tuhan bagi Anda? Mana yang lebih dominan menguasai hati Anda saat ini?
  • Apa yang Anda akan lakukan supaya hidup tidak dikuasai uang, melainkan oleh Tuhan?