Bagikan artikel ini :

Menghargai Pemimpin

Bilangan 16:1-40

"Di samping itu kaucarikan dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin..." Keluaran 18:21

Di mana ada ketidakpuasan, di situ ada pemberontakan terhadap kepemimpinan. Ketidakpuasan itu bisa pula bercampur dengan iri hati. Inilah yang terjadi pada kisah di dalam ayat bacaan hari ini. Korah, Datan, dan Abiram menggalang massa untuk memberontak melawan Musa. Tak tanggung-tanggung, massa yang diajak bukan sembarang orang tetapi para pemimpin umat pula.

Mereka mempertanyakan kesahihan kepemimpinan Musa dan Harun. Musa dianggap tidak lebih baik daripada orang-orang kudus lainnya. Korah menuntut jabatan imam yang dipegang oleh Harun (ay. 10). Datan dan Abiram punya alasan lain lagi. Mereka menuduh Musa telah menyengsarakan hidup mereka sehingga tidak lagi pantas menjadi pemimpin. Bukan saja telah menyengsarakan dengan mengeluarkan mereka dari Mesir yang berlimpah susu dan madu, Musa bahkan gagal membawa mereka ke Tanah Perjanjian. Musa berjanji palsu. Kisah ini berakhir tragis. Para pemberontak mati dengan cara menyedihkan sekaligus mengerikan.

Kisah ini mengajarkan kita untuk menghargai para pemimpin rohani kita. Memang, sehebat-hebatnya mereka, pasti punya kelemahan. Namun, kekurang-an itu tidak menjadi alasan bagi kita untuk menggunjingkan, melemahkan, menyerang apalagi menggalang kekuatan memberontak melawan mereka. Apalagi di balik itu ada motivasi kita untuk mengambil alih kedudukan mereka sebagai pemimpin seperti motivasi Korah. Kecuali mereka sudah mengajarkan ajaran sesat maka kita dipanggil untuk mendukung, mendoakan, memberi masukan dengan tulus agar pekerjaan Tuhan semakin maju. Kalau pun mereka terang-terangan bersalah, ada cara lebih elegan untuk mengingatkan pemimpin kita tanpa harus memberontak.

Jika pemimpin kita belum berhasil membawa pada kemajuan yang kita rindukan (seperti Datan dan Abiram yang ingin cepat-cepat menikmati Tanah Perjanjian), tugas kita adalah turut serta mewujudkan impian bersama itu, bukannya mencela dan membiarkan pemimpin kita kerja sendiri. "Pemberontakan" bukan saja melemahkan bahkan menghancurkan gereja dan pekerjaan Tuhan, tetapi juga memberi kesempatan kepada Iblis untuk mempermalukan orang percaya. Janganlah kita, sebagai orang percaya, berbuat sama dengan yang dilakukan orang-orang dunia (yaitu bersekongkol untuk mendongkel pemimpin kita). Jikalau demikian, apakah bedanya kita dengan orang-orang yang tidak kenal Tuhan?

PARA PEMIMPIN TERPILIH DI DALAM KEDAULATAN ALLAH, DUKUNGLAH MEREKA SELAMA TIDAK BERJALAN DI DALAM KESESATAN.