Bagikan artikel ini :

Menghidupi Kemurahan Hati

Matius 5:1-12

Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. - Matius 5:7

Kemurahan hati berkaitan erat dengan keadilan. Ketika keadilan Allah diwujudkan maka hanya kemurahan hati-Nya yang memungkinkan manusia bisa terus hidup. Selama perjalanan dari Mesir ke Tanah Perjanjian, berkali-kali umat Israel bersikap keras kepala menentang Tuhan. Namun, selama itu pula Tuhan terus menunjukkan kesabaran-Nya. Bahkan Musa yang paling lemah lembut hati pun, pada satu titik tidak tahan dan meledak dalam kemarahan serta keputusasaan karena umat Israel menyembah patung lembu emas. Musa sampai meminta Tuhan untuk membunuhnya saja (Bil. 11:15).

Tidak hanya Musa, Daud pun mengkespresikan kejengkelannya ketika menghadapi para penentang Allah. Ia bertanya di Mazmur 94:3, “Berapa lama lagi orang-orang fasik beria-ria?” Lalu Perjanjian Baru mencatat beberapa jemaat tergoda oleh guru-guru palsu yang menyatakan bahwa Kristus tidak akan kembali, Petrus mengingatkan mereka alasan dari kesabaran dan kemurahan Allah, “... Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” (2Ptr. 3:9).

Alkitab menuliskan banyak contoh orang-orang yang bersalah kepada Tuhan, lalu bertobat dan mendapatkan kemurahan Tuhan. Kita hendaklah yakin bahwa karena kemurahan Allah bukan berarti Dia berlaku tidak adil. Dia justru menunjukkan keadilan-Nya dengan berinkarnasi menjadi manusia yang rela dihukum mati untuk menggantikan kita yang seharusnya mengalami murka Allah akibat berbagai pelanggaran yang kita lakukan.

Salib Yesus adalah bukti utama dari keadilan Allah yang bertemu dengan kemurahan hati-Nya. Realita ini tidak hanya membuat kita sepatutnya menyembah Tuhan dengan seluruh keberadaan kita, tapi juga menerapkan kemurahan hati
dalam keseharian hidup. Wujudnya antara lain, memaafkan orang yang bersalah kepada kita dengan memberikan kesempatan kedua. Kita juga bisa bersikap baik kepada orang yang memusuhi kita meskipun perlu hikmat agar kemurahan hati kita tidak disalahgunakan. Atau kita bisa menjangkau mereka yang selama ini tersisihkan. Kita juga bisa belajar memaafkan diri sendiri karena terkadang kita bermurah hati terhadap orang lain tapi keras terhadap diri sendiri. Ingatlah selalu, Tuhan Yesus sudah mengampuni kita.

Refleksi Diri:

  • Apakah selama ini Anda menyadari berbagai kemurahhatian Tuhan Yesus dalam keseharian hidup Anda?
  • Apakah Anda sudah bermurah hati kepada orang-orang yang Tuhan kirimkan ke dalam hidup Anda?