Bagikan artikel ini :

Menjadi penjaga umat

Yehezkiel 3:16-21

Hai anak manusia, Aku telah menetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel. Bilamana engkau mendengarkan sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka atas nama-Ku.
- Yehezkiel 3:16-21

Seorang penjaga perlintasan kereta api bertugas mengawasi jalur kereta api yang bersinggungan dengan jalan raya umum. Ia harus mengetahui jadwal kereta yang akan lewat supaya dapat memberi peringatan kepada pengendara mobil atau motor yang akan menyebrangi perlintasan kereta api. Ketika kereta api datang, penjaga akan membunyikan sirene lalu menutup palang pintu perlintasan. Namun, terkadang bisa saja terjadi kecelakaan. Kemungkinan penyebabnya ada dua. Pertama, karena pengendara tidak sabaran dan ngotot menyeberang walaupun palang pintu sudah turun. Kesalahan ini akibatnya ditanggung oleh pengendara yang melanggar tersebut. Kecelakan kedua terjadi akibat penjaga perlintasan tidak waspada, tertidur atau tidak ada di tempat. Jika terjadi kecelakaan akibat kelalaian ini maka penjaga bisa dihukum sesuai undang-undang yang berlaku.

Yehezkiel dipanggil Allah untuk menjadi penjaga bangsa Israel. Ia bertugas memberi peringatan kepada umat yang melakukan pelanggaran dosa supaya mau bertobat. Ada empat macam respons umat terhadap peringatan yang disampaikan Tuhan berikut akibatnya (ay. 18-21). Allah tidak menuntut hasil, apakah orang yang ditegur dan diperingati, mau bertobat atau tidak. Allah hanya mau Yehezkiel setia dan taat untuk menyampaikan pesan dari Allah tersebut. Jikalau Yehezkiel tidak menyampaikan pesan peringatan dari Allah kepada bangsanya yang bersalah maka ia dapat menanggung hukuman Allah akibat dari dosa yang bangsa Israel perbuat.

Sebagai anak-anak Tuhan yang sudah diselamatkan, kita pun mendapatkan tugas untuk memberikan teguran kepada mereka yang melakukan perbuatan salah dan berdosa. Jika melihat saudara kita melakukan perbuatan salah maka kita wajib memperingatinya dengan hikmat dari Tuhan. Ini merupakan salah satu bukti kalau kita mengasihi orang tersebut. Tuhan tidak suka dengan dosa tetapi mengasihi orang yang berdosa. Kita tidak suka dengan kesalahan tetapi harus mengasihi mereka yang berdosa. Tentu dalam menegur kita perlu hikmat agar bukan fokus pada kesalahannya tetapi kepada orang yang kita kasihi. Ingatlah, tujuan teguran adalah untuk pertobatan dan bukan untuk menjatuhkan. Dasar peringatan adalah kasih dan bukan dendam atau kesempatan untuk menyakiti sesama kita.

Refleksi Diri:

  • Jika Anda melihat saudara yang melakukan perbuatan dosa, apa yang selama ini Anda lakukan terhadapnya?
  • Apakah Anda sudah menegurnya dalam kasih dan dengan hikmat dari Tuhan?