Bagikan artikel ini :

Mulai dari nol lagi

Mazmur 147

Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;
- Mazmur 147:3

Hati bisa terluka. Hati mungkin patah dan terbelah. Penyebabnya beragam, bisa karena kenyataan tak sesuai harapan, bisa karena pengkhianatan atau juga kehilangan. Lalu apa yang harus kita buat saat terluka dan patah hati? Kita mulai dari nol lagi! Seperti kata petugas di SPBU setiap kali mulai mengisi bensin, “Mulai dari nol ya, Bu.” Hehehe..

Terdengar sepele. Kelihatannya manis ya... Seandainya semudah itu, tapi kenyataannya hidup tidaklah begitu! Mulai dari nol bukan masalah sepele tapi sulit, bisa buat kita meringis lalu menangis. Ketika segala yang sudah kita rintis, persiapkan dengan baik tapi kenyataannya gagal dan harus memulai dari nol lagi, terasa sakit, pahit, dan membuat kita menjerit. Kita harus tetap menghadapi dan menjalaninya. Seperti pahitnya jamu, tidak bisa dihindari. Kita cuma bisa membiasakan diri dengan pahitnya kehidupan.

Pemazmur pada ayat emas menggambarkan kondisi orang yang terluka hatinya. Ia bisa hancur hati dan remuk jiwanya. Ini menghambat kemajuan seseorang dari melihat dan mengalami penggenapan janji-janji Tuhan. Bersyukur Tuhan tahu persis bagaimana perasaan kita. Bahkan bukan sekadar tahu, Tuhan juga berjanji menyembuhkan dan membalut luka-luka kita. Dari sini kita paham bahwa kita tidak sendirian menghadapi pahit dan getirnya kehidupan.

Seseorang lalu berkata, “Seiring waktu rasa sakit dan pahitnya akan hilang.” Coba tanya kepada mereka yang kehilangan. Apakah benar demikian? Mereka akan menjawab, “Tidak! Sakitnya tetap ada!” Waktu tidak menghilangkan sakit, waktu mengajarkan kita untuk terbiasa dengan sakit dan pahitnya kehidupan. Waktu mendidik kita untuk terbiasa menghadapi getirnya pengalaman hidup. Berat sekali memang.

Mereka yang mau setia bertahan, tetap berjalan di tengah kenyataan yang tidak sesuai harapan, merasakan kesakitan, dan kehilangan, mereka adalah orang-orang pemenang. Mari tetap melangkah, Tuhan Yesus mau memulihkan luka-luka di hati kita. Bukan seperti SPBU yang mulai dari nol, aah itu biasa. Kita mulai dari satu. Tuhan Yesus satu-satunya penolongku. Yesus satu-satunya pemulihku. Dia satu-satunya harapanku.

Ayo bangkit kawanku!

Refleksi Diri:

  • Apa kepahitan di masa lalu yang membuat Anda harus memulai lagi sesuatu hal dari nol?
  • Bagaimana sekarang Anda meyakini bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya yang sanggup memulihkan kondisi Anda?