Bagikan artikel ini :

Nama Yang Mengingatkan

1 Tawarikh 3:1-9

Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.
- Amsal 27:5

Natan adalah tokoh yang sangat penting dalam kehidupan Daud. Natan adalah nabi yang menegurnya ketika ia berselingkuh dengan Betsyeba dan membunuh Uria, suaminya. Atas teguran itu Daud tidak bersikap defensif
dan mencari pembenaran diri. Padahal sebagai raja, ia bisa saja melakukannya. Bandingkan dengan Raja Saul, yang ketika berdosa malah mencari alasan pembenaran diri (1Sam. 13:11,12). Daud bertobat. Bertobat dengan sungguh-sungguh. Anda dapat membaca curahan hatinya dalam Mazmur 32.

Alkitab mencatat nama anak-anak Daud dari Betsyeba. Ada empat orang: Simea, Sobab, Natan, dan Salomo (1Taw. 3:5). Apakah Anda melihat satu nama yang menarik? Ya, Natan. Mengapa Daud memberi nama anaknya Natan? Kita tidak tahu jawabannya. Tetapi kita bisa menduga bahwa Natan adalah nama yang istimewa bagi Daud. Nabi Natan membawa kenangan yang khusus bagi Daud. Ia tidak datang kepada Daud membawa kabar baik atau penghiburan. Ia bukan orang yang menjilat penguasa. Ia datang kepada Daud dengan teguran yang keras, bahkan nubuatan yang tidak sedap didengar (2Sam 12:9-15).

Lalu mengapa Daud mau menamai anaknya dengan nama seseorang yang kehadirannya tidak membawa “damai sejahtera”? Bukankah seharusnya Daud melupakan atau bahkan membenci nama itu? Daud ternyata bukan orang yang demikian. Ia tidak terjebak dalam kepahitan, kegeraman, kemarahan apalagi menyalahkan Natan atas kematian anaknya yang dilahirkan Betsyeba. Melihat ke belakang, ia justru berterima kasih kepada Natan. Oleh sebab itu, ia memberi anaknya dengan nama Natan untuk mengenang jasanya.

Teguran yang keras ketika disampaikan memang menyakitkan, tetapi jika diterima dengan hati lapang dan kesiapsediaan untuk mengoreksi diri dan berubah, akan membawa kita pada perubahan hidup. Jangan pandang siapa yang menegur kita, tetapi telaah isi tegurannya. Jika teguran itu salah, abaikan. Tidak usah ambil hati. Tetapi jika benar, jangan marah atau menyimpan kepahitan kepada orang yang menegur. Justru berterimakasihlah kepadanya. Ingatlah dia sebagai orang yang berjasa dalam hidup Anda.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana sikap Anda ketika menerima teguran atas kesalahan atau dosa Anda?
  • Bagaimana Anda memperlakukan orang yang menegur Anda?