Bagikan artikel ini :

Nostalgila

Pengkhotbah 7:10

Janganlah mengatakan: “Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang?” Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu.
- Pengkhotbah 7:10

Anda tentu tahu istilah “nostalgia”, yakni suatu keinginan untuk kembali dan menikmati hal-hal di masa lalu. Mulai dari mendengar lagu-lagu zaman dulu sampai pulang kampung dan reuni, semua dilakukan untuk mengenang kembali kebahagiaan masa kecil yang telah lama hilang.

Masalahnya, seringkali bukan “nostalgia” yang terjadi, melainkan “nostalgila”. Mengunjungi kafe atau warung yang dulu sering jadi tempat kencan bersama pasangan adalah nostalgia. Mengatakan “kamu waktu pacaran dulu lebih romantis” atau “sesudah melahirkan, kamu jadi tidak pernah merawat diri seperti dulu” adalah nostalgila. Atau, kalau menggunakan bahasa Raja Salomo, “bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu”.

“Apa salahnya mengatakan zaman dulu lebih baik dari zaman sekarang kalau memang demikian faktanya?” Ada dua alasan mengapa Salomo mengatakan hal ini tidak berhikmat. Pertama, sungguhkah Anda yakin zaman dulu lebih baik daripada zaman sekarang? Saya sering mendengar perkataan, “Zaman sekarang makin jahat! Seandainya aku hidup di zaman dulu!” Zaman dulu yang mana yang dimaksud? Seabad lalu, ketika suatu bangsa dikirim seperti binatang ke kamp-kamp konsentrasi atau dimasukkan ke ruang gas untuk dibunuh secara masal? Atau zaman masih ada perbudakan? Bagaimana dengan kesenjangan sosial kelas bangsawan dan rakyat jelata? Dengan perang dan diskriminasi terhadap wanita? Di masa kini, kita tidak perlu hidup menanggung kejahatan-kejahatan tersebut.

Kedua, katakanlah benar bahwa zaman dulu lebih baik dari zaman sekarang. Pertanyaannya: siapa yang menyebabkannya? Istri Anda tidak lagi merawat diri sesudah punya anak? Jangan-jangan karena Anda tidak pernah memuji dan menghargai usahanya, malah terus-menerus mencelanya. Suami Anda tidak romantis lagi? Jangan-jangan karena Anda tidak pernah menyambutnya sepulang kerja, malah mengabaikannya dan sibuk sendiri entah dengan pekerjaan Anda sendiri, anak, atau hal-hal lainnya.

Mengapa zaman dulu lebih baik dari zaman sekarang? Bisa jadi Anda sendiri yang tidak melakukan apa pun dan tidak mempertahankan hal-hal positif yang dulu pernah ada. Anda malah melupakan atau bahkan merusaknya. Ingatlah perkataan Rasul Paulus untuk selalu memikirkan hal-hal yang benar, mulia, adil, manis, dan sedap didengar (Flp. 4:8). Tuhan Yesus memberkati.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda pernah tenggelam dalam “nostalgila” dan menjadi pahit hati karena menganggap hal-hal yang Anda miliki di masa lalu lebih baik daripada yang sekarang?
  • Apa hal-hal yang Anda miliki di masa sekarang menjadi lebih buruk karena kelalaian atau kesalahan Anda sendiri? Cobalah mengintrospeksi diri.