Bagikan artikel ini :

Orang bermasalah jangan dibela

Kejadian 37:1-11

… Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
- Roma12:3

Judul saya hari ini adalah orang bermasalah jangan dibela. Serius? Ya, bahkan jika yang bermasalah adalah diri Anda sendiri, jangan bela diri Anda. Orang bermasalah harus dikritik, dikoreksi, ditolong untuk memperbaiki diri. Jika terus dibela ia tidak akan berubah.

Yusuf seringkali disorot dari sisi sebagai seorang yang berhasil mempertahankan kesuciannya. Padahal, ada sisi lain dari kehidupan Yusuf yang negatif. Karena menjadi anak emas ayahnya, Yusuf tumbuh menjadi tukang pamer. Ia memamerkan jubah pemberian ayahnya. Ia memamerkan mimpinya. Di balik sifat pamer itu adalah harga diri yang rendah. Pamer adalah cara untuk menaikkan harga diri. Jadi kalau ada orang suka pamer, jangan kagumi dia. Kasihani, karena harga dirinya rendah. Kalau ada orang gampang tersinggung dan bilang harga dirinya tinggi, jangan percaya. Justru orang yang gampang tersinggung dan bilang harga dirinya tinggi sebenarnya harga dirinya rendah.

Di mana letak harga diri kita? Ada pada pengenalan diri dan penerimaan diri. Kenal diri artinya tahu siapa saya. Kelebihan saya apa, kekurangan saya apa? Saya kuat menghadapi apa, lemah menghadapi apa? Saya bisa apa, tidak bisa apa?
Saya senang apa, tidak senang apa? Unsur kedua harga diri adalah penerimaan diri. Jadi setelah kenal, kita belajar terima. Terima yang harus diterima, yang tidak bisa diubah. Namun kalau hal itu bisa berubah, kita harus mengubahnya. Jangan sedikit-sedikit bilang, “Bawaan saya emang begini, kamu mau terima atau tidak?”
Di dalam penerimaan diri, ada unsur penghargaan atas kelebihan diri. Kalau dipuji, jangan suka ngeles bilang, “Ah, biasa saja.”

Untuk mengembangkan harga diri yang sehat, kita harus membangun relasi dengan Tuhan dan sesama. Dalam kasus Yusuf misalnya, tidak ada relasi yang sehat. Yusuf sombong. Kakak-kakaknya iri hati. Di antara mereka ada jurang permusuhan. Juga tidak tampak kehadiran Tuhan dalam keluarga ini. Nah, berkaca pada Yusuf, mari kita belajar menerima kelebihan dan kekurangan kita, serta hargai diri Anda dengan segala kelebihannya.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana Anda memandang harga diri Anda?
  • Apa saja kelebihan dan kelemahan pribadi Anda? Apakah Anda bisa menerima keduanya?