Bagikan artikel ini :

Orang Bodoh vs Orang Tak Berpengalaman

Amsal 1:1-7

Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.
- Amsal 1:7

Dalam menjalani kehidupan, tentu kita akan berjumpa dengan banyak orang yang memiliki karakter, pola pikir, sifat, dan cara berbicara yang berbeda-beda. Perbedaan demi perbedaan dari orang yang kita jumpai setiap harinya, membuat kita harus beradaptasi dan mulai mengenal setiap orang tersebut dengan keunikannya masing-masing. Dua tipe orang yang hari ini saya ajak untuk kita pelajari bersama-sama, yaitu tipe orang yang disebut bodoh (ay. 7) dan tipe yang lain orang tidak berpengalaman (ay. 4).

Kitab Amsal menjelaskan dengan gamblang kedua tipe orang tersebut. Orang yang tidak berpengalaman adalah orang yang sederhana dan rendah hati. Tipe orang seperti ini adalah orang yang naif, yang tidak punya banyak pertimbangan. Ia memang kurang bijaksana dalam mengambil keputusan, tetapi tipe orang tidak berpengalaman masih sangat bisa dididik dan diajari untuk bijaksana dalam menjalani hidup. Sedangkan, tipe orang bodoh adalah orang yang bukan bodoh secara intelektual, melainkan memiliki sikap hati yang tidak mau dididik dan diajar. Orang seperti ini sering kali disebut bebal karena tidak mempunyai pengertian dan tidak mau mendengar nasihat orang lain. Penulis kitab Amsal sangat jelas membedakan kedua tipe orang ini dalam hal hikmat dan kebijaksanaan (ay. 2 dan 5). Jelas, orang yang bodoh adalah orang-orang yang menolak hikmat dan kebijaksanaan karena ia selalu merasa dirinya pintar dan tahu segala sesuatu.

Dari kedua tipe orang yang dipaparkan di dalam Amsal ini, kita termasuk kategori yang mana? Apakah kita masih rindu untuk dididik dan diajar oleh kebenaran Tuhan? Atau kita punya sikap hati bebal terhadap ajaran firman Tuhan dan menolak nasihat orang-orang yang dipakai Tuhan untuk mengajar kita? Sebagai seorang murid Kristus, kiranya kita termasuk ke dalam tipe orang-orang yang mau dididik dan diajar sebab segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2Tim. 3:16). Biarlah firman Tuhan terus menjadi kebenaran yang mendidik, mengoreksi, mendisiplinkan kita, serta membukakan hati kita untuk mau bertumbuh semakin serupa dengan Yesus Kristus.

Refleksi Diri:

  • Apakah ada hal-hal yang membuat Anda sulit menerima ajaran dan didikan dari orang lain?
  • Bagaimana kebenaran firman Tuhan hari ini dapat mengubahkan Anda untuk menjadi orang yang punya hikmat dan kebijaksanaan?