Paling Menakutkan
Efesus 2:11-12
bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.
- Efesus 2:12
Seorang jemaat memberikan kesaksian tentang penolakan hebat yang dialaminya ketika keluarganya memutuskan untuk mengikut Kristus. Penolakan pertama yang diterima datang dari sanak saudaranya sendiri. Keluarga ini kemudian didatangi kerumunan warga yang juga berusaha mengusir mereka. Mereka tentu merasa takut, tetapi dengan hikmat dan keberanian dari Tuhan, akhirnya mereka tetap berani menyatakan diri sebagai pengikut Kristus.
Apa yang seringkali membuat Anda khawatir? Apa situasi hidup yang paling menakutkan bagi Anda? Khawatir akan masa depan, takut kesepian atau diancam dan ditindas orang lain karena kepercayaan iman Anda?
Rasul Paulus pernah merasakan semuanya. Ia sudah tidak diakui lagi oleh bangsanya sendiri, bangsa Yahudi. Paulus mengalami berbagai aniaya dan penderitaan akibat pemberitaan Injil yang dilakukannya. Ia bahkan menulis surat Efesus dari balik jeruji besi di kota Roma. Namun, kalau kita membaca keseluruhan surat ini, tidak ada nuansa ketakutan, kesepian ataupun berkecil hati. Sebaliknya, surat Efesus penuh dengan nuansa sukacita dan semangat. Mengapa? Karena Paulus membawa berita sukacita. Berita Injil yang menyatakan bahwa orang-orang non-Yahudi menjadi ahli-ahli waris. Bahwa mereka telah diterima menjadi keluarga Allah. Hal ini dapat terjadi di dalam dan melalui Kristus. Jadi, firman Tuhan sebenarnya sedang menjelaskan bahwa satu kondisi yang paling menakutkan dalam hidup adalah kehidupan tanpa Kristus.
Ayat emas menyampaikan pesan bahwa tanpa Kristus kita tidak termasuk kewargaan Israel, umat pilihan Allah. Kita hanyalah orang asing, yang tidak mendapat bagian dari apa yang telah dijanjikan oleh Allah. Tanpa Kristus kita hidup tanpa pengharapan dan orang yang kehilangan pengharapan sesungguhnya adalah orang yang mati. Betapa rapuhnya hidup jika hidup tanpa Kristus. Sebaliknya, jika kita hidup bersama dan di dalam Kristus, sekalipun menghadapi berbagai tantangan, pasti ada kekuatan Allah yang menguatkan dan memampukan kita melewatinya.
Jemaat yang bersaksi tersebut kemudian melanjutkan ceritanya. “Sekarang mama menjadi pemberita Injil yang radikal dan militan. Sebelum mengenal Kristus saya orang yang radikal, apalagi setelah mengenal Kristus, saya harus lebih berani dalam memberitakan Kristus.” Perkataan mamanya selalu diingat dan menjadi motivasi baginya untuk memberitakan Injil.
Refleksi Diri:
- Apa tantangan terbesar yang pernah Anda alami selama mengikut Kristus?
- Bagaimana cara Anda memberitakan Injil kepada orang yang belum mengenal Kristus?