Bagikan artikel ini :

Pemalas di mata Tuhan

Amsal 10

Seperti cuka bagi gigi dan asap bagi mata, demikian si pemalas bagi orang yang menyuruhnya.
- Amsal 10:26

Kitab Amsal kental disajikan dalam bentuk sastra yang khusus. Kalau Daud memakai sarana puisi dalam Mazmur-nya, maka Salomo memakai sarana sastra hikmat melalui Amsal-nya. Selain puisi, masing-masing Amsal berdiri sendiri, tidak ada konteks langsung yang memandu kita. Beberapa penafsir menyimpulkan bahwa amsal-amsal tersebut tidak mengikuti perencanaan (struktur), sebaliknya merupakan koleksi campuran. Tiap ayat lepas dari ayat yang lain.

Kenapa cuka, gigi, asap dan mata disinggung pada ayat Amsal di atas?
Karena begitu cuka berjumpa dengan gigi, Anda tahu khan bagaimana rasanya?
Ngiluuu… asam dari cuka tidak ramah untuk lapisan pelindung gigi, membuat keropos. Asap yang masuk ke mata, mengganggu penglihatan dan membuat mata perih.

Cuka dan asap kelihatannya sepele tapi dampaknya tidak sepele, mengganggu kenyamanan mulut dan mata. Demikian juga orang yang pemalas, ia bisa berdampak negatif untuk suasana rumah atau lingkungan kerja. Bisa buat mulut kita jadi tajam karena si pemalas banyak alasan ketika kita menyuruhnya kerja. Bisa buat perih mata karena melihat si pemalas baru kerja sebentar sudah baringan lagi untuk tidur kembali.

Orang malas merusak kinerja lingkungan sekitar. Tidur sebentar lagi, baringan sebentar saja, itu saja yang ada di pikirannya. Entah kapan ia akan menyelesaikan pekerjaannya. Pemalas menyiksa kita yang jadi orangtuanya, gurunya, pimpinannya dan merugikan kita yang satu kelompok dengannya.
Jika menelaah isi Alkitab, kita tidak akan menemukan satu pun orang malas yang Tuhan mau pakai. Tidak satu pun yang menerima tugas dari Tuhan ketika sedang bermalas-malasan. Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyukai orang malas.

Akhir kata, Salomo melalui Amsal-nya berkata, “Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan.” (Ams. 13:4).
Ya, Tuhan Yesus senang dengan orang yang rajin dan Dia dengan sukacita akan memberikan berkat-Nya yang berlimpah. Yuk, mari kita giat bekerja supaya berkat Tuhan mengalir di dalam hidup Anda.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana Anda selama ini menyikapi orang yang pemalas? Apakah Anda sudah meminta hikmat dari Tuhan untuk menghadapinya?
  • Komitmen apa yang Anda ambil agar bisa lebih giat lagi bekerja?