Bagikan artikel ini :

Pengacara Pro Bono

Zakharia 3:1-5

Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
- Roma 8:31b

Saya kagum melihat para pengacara pro bono. Mereka memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma untuk kalangan tidak mampu. Orang-orang yang dibela pun adalah mereka yang tidak berdaya dan tidak ada satu pun berada di pihaknya.

Bagian yang kita baca hari ini dapat dibayangkan seperti adegan pengadilan. Berdiri sebagai terdakwa adalah Imam Besar Yosua, mewakili umat Israel yang berdosa, yang mengenakan pakaian kotor. Pakaian kotor ini melambangkan dosa-dosanya serta orang Israel sepanjang sejarah. Jaksa penuntutnya adalah Iblis. Pengacaranya adalah Malaikat Tuhan. Malaikat Tuhan mungkin adalah salah satu tokoh paling misterius di seluruh Alkitab. Di satu sisi, malaikat berbicara dan bertindak seolah dirinya adalah Tuhan. Di sisi lain, ia adalah pribadi yang berbeda. Ini membuat banyak orang bertanya-tanya: apakah malaikat Tuhan adalah Tuhan sendiri? Namun, banyak teolog kemudian menafsirkan bahwa Malaikat Tuhan pada bagian ini tidak lain dan tidak bukan adalah Pribadi Kedua Allah Tritunggal sebelum inkarnasi-Nya. Dengan kata lain, Tuhan Yesus sendiri!

Jadi, apa yang sebenarnya terjadi di ruang pengadilan ini? Iblis, yang adalah jaksa, menuntut terdakwa, dalam hal ini Imam Besar Yosua yang mewakili umat Tuhan, karena dosa-dosanya. Namun, Malaikat Tuhan yang adalah Tuhan Yesus sendiri membela sang terdakwa. Tidak hanya itu, Dia kemudian menyuruh pelayan-pelayan-Nya menanggalkan pakaian kotor Imam Besar Yosua, kemudian mengenakan pakaian pesta serta serban tahir di atas kepadanya.

Imam Besar Yosua, demikian juga kita, adalah orang yang papa dan tidak berdaya. Tidak bisa dipungkiri bahwa dosa kita begitu kentara, sama seperti pakaian kotor yang dikenakan Yosua. Namun, seperti seorang pengacara pro bono yang membela orang-orang tak mampu, demikianlah Tuhan Yesus membela kita, orang-orang yang sebenarnya tidak layak dibela dan tidak dapat membalas kebaikan-Nya.

Ada di antara kita yang terus dirudung rasa bersalah, entah karena peristiwa apa pun di masa lalu, entah disadari atau tidak. Mungkin perkataan dan gosip tidak mengenakkan oleh orang-orang di sekitar mengingatkan kita akan hal tersebut. Ketahuilah bahwa ketika kita bertobat dan mengakui dosa-dosa kita, Sang Pembela ada bersama kita. Jangan biarkan rasa bersalah justru menghambat pertumbuhan rohani kita!

Refleksi Diri:

  • Apakah ada dosa di masa lalu yang masih menghantui Anda? Apa dampak dari rasa bersalah itu, baik di dalam hubungan Anda dengan Tuhan dan sesama?
  • Apakah Anda sudah membawa hal ini kepada Tuhan? Jika belum, segera bawa dalam doa.