Bagikan artikel ini :

Pengharapan Di Balik Pergumulan

Mazmur 73:1-28

Sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah dan memperhatikan kesudahan mereka.
- Mazmur 73:17

Bagaimana perasaan Anda ketika menyaksikan orang-orang yang tidak mengenal Tuhan dan suka menghujat Dia, tetapi justru hidup mereka makmur dan berhasil? Sebaliknya orang-orang yang percaya Tuhan dan taat kepada firman-Nya, tampaknya hidup mereka biasa-biasa saja bahkan terkadang hidup di dalam kekurangan.

Mazmur 73 ini memperlihatkan ungkapan kegalauan hati pemazmur karena apa yang ia percayai tentang Allah, berbeda dengan kenyataan yang dialaminya. Pemazmur tahu Allah itu baik dan memberkati umat-Nya yang hidup benar, tetapi menghukum mereka yang tidak percaya. Namun realitanya, ia melihat musuh-musuhnya justru hidup makmur, lancar, dan tidak kena tulah (ay. 3-12). Sedangkan orang yang melayani Allah tampaknya lebih menderita (ay. 13-14). Pemazmur cemburu dan tawar hati ketika dia membandingkan penderitaannya dengan kebahagiaan orang-orang fasik (ay. 1, 13).

Di tengah-tengah pergumulannya tersebut pemazmur berseru kepada Tuhan. Akhirnya ia mendapat jawaban yang menguatkan dirinya. Pertama, orang-orang fasik bisa saja berhasil dan makmur di dunia karena itu adalah anugerah umum dari Allah. Akan tetapi kemakmuran yang mereka nikmati hanya sementara sebab mereka akan dibinasakan dalam sekejap mata (ay. 18-20). Kedua, menyadari bahwa berkat sesungguhnya bagi umat Allah adalah tidak hanya berupa materi tetapi juga rohani. Mereka mengenal Tuhan dan menikmati damai dan sukacita bersama Dia di bumi dan di sorga (ay. 23-28). Ini adalah orientasi hidup yang berfokus kepada kekekalan di sorga.

Mari kita belajar tidak membandingkan hidup kita dengan orang lain supaya tidak timbul kemarahan dan iri hati atas keberhasilan mereka. Percayalah bahwa setiap orang mendapatkan berkatnya masing-masing. Lihat dan renungkan semua berkat Tuhan yang sudah Anda terima dan bersyukurlah kepada-Nya senantiasa. Sebab kemakmuran orang fasik hanya sementara, tetapi orang benar akan memperoleh upah yang kekal. Kita perlu belajar percaya dan menyerahkan pergumulan kita kepada Tuhan serta mendoakan mereka yang belum percaya. Hiduplah dalam kekudusan dan kebenaran.

Refleksi diri:

  • Apakah Anda pernah memiliki perasaan yang sama dengan pemazmur yang marah dan iri hati dengan keberhasilan orang lain?
  • Apa yang Anda lakukan untuk mengatasi kemarahan dan iri hati tersebut?