Bagikan artikel ini :

Penghibur andalan

Ayub 16:1-5

Hal seperti itu telah acap kali kudengar. Penghibur sialan kamu semua!
- Ayub 16:2

Wow! Saya agak kaget membaca ayat ini. Ada kata “sialan” tercantum di sana. Kenapa sampai bisa dituliskan kata umpatan ini? Coba kita telusuri, kapan kata ini diucapkan Ayub? Ayub mengucapkannya saat dirinya babak belur, baik jiwa dan raga, serta fisik dan psikisnya. Emosinya sudah memuncak, kesakitannya amat sangat, jiwanya getir, hatinya lelah, pikirannya mumet. Ayub tidak menyangka, tidak pernah terpikirkan, bahwa akan mengalami penderitaan yang sangat menyakitkan ini.

Di tengah situasi berat tersebut datanglah ketiga temannya, Elifaz, Bildad, dan Zofar. Mereka datang awalnya dengan tujuan menghibur dan menguatkan Ayub. Namun, sangat disayangkan, mereka terlalu banyak bicara. Bahkan obrolannya semakin lama jadi menghakimi Ayub, seolah-olah mereka tahu dan bisa merasakan apa yang Ayub rasakan. Semakin banyak bicara, semakin menyakiti Ayub. “Penghibur sialan kamu semua!” itulah ungkapan kekesalan Ayub terhadap tiga sahabatnya. Mereka bukannya mendukung Ayub saat menanggung penderitaan, malah mencerca Ayub dengan kejam. Seandainya mereka berada di posisi Ayub, mereka mungkin akan merasakan bagaimana rasanya dinasihati dengan mulut manis tanpa sungguh-sungguh dikasihi.

Sulit untuk melihat dengan tepat pergumulan dan penderitaan orang lain. Apalagi kalau kita sudah memiliki prasangka-prasangka buruk tertentu. Kita jadi tidak objektif. Kita berat sebelah dalam menimbang karena kita tidak mengalami dan tidak bisa merasakan pergumulan orang itu. Acap kali kita menjadi sok menasihati orang lain. Itu baiknya begini dan bagusnya begitu.

Saya berpesan, ketika ada sahabat kita yang sedang mengalami pergumulan, janganlah kita bersikap seperti para pejabat. Mereka bertindak tanduk 5D 1P, yaitu: Datang, Duduk, Diam, Dengkur, Duit, lalu Pulang. Melainkan sebagai orang Kristen hendaklah kita 5D 1P, yaitu: Datang, Duduk, Diam, Dengarkan, Doakan, lalu Perhatikan.

Saat ada di antara sobat karib, sanak saudara, atau pun saudara seiman sedang jatuh dalam kesulitan, biarlah kita bisa datang menghampiri dengan hati. Rasakan apa yang sedang mereka gumulkan, tempatkan diri kita di dalam posisi mereka supaya kita tidak menjadi “penghibur sialan”, tapi “penghibur andalan”.

Refleksi Diri:

  • Apakah Anda sudah menjadi sahabat sejati, penghibur andalan, bagi orang-orang yang sedang berduka?
  • Sudahkah Anda mempraktikkan 5D 1P dalam menghibur orang yang sedang berduka?