Bagikan artikel ini :

Penghibur macam apa ?

Ayub 16:1-5

Aku pun dapat berbicara seperti kamu, sekiranya kamu pada tempatku; aku akan menggubah kata-kata indah terhadap kamu, dan menggeleng-gelengkan kepala atas kamu.
- Ayub 16:4

Ayub sedang bersedih hati. Ia kehilangan keluarganya, hartanya. Ludes semua. Ia hampir kehilangan imannya. Dalam kesedihan itu, datanglah teman-temannya. Niat mereka baik. Ingin menghibur. Namun, kata-kata mereka terasa pahit di telinga Ayub. Sampai suatu saat Ayub tidak tahan dan mengeluarkan ucapan yang mengagetkan, "Penghibur sialan kamu semua! Hal seperti itu telah acap kali kudengar." Kata-kata penghiburan ya, tapi isinya itu-itu saja. Apalagi ditambah kata-kata, "Ya, peristiwa ini mengingatkan kita untuk memeriksa diri. Kali ada dosa." Kata-kata tersebut secara teologis benar, tetapi menambah perih luka. Saya pernah menjadi seperti teman-teman Ayub. Datang ke rumah duka dan berkata-kata klise kepada pasangan atau anak almarhum/almarhumah, "Jangan sedih. Ia sudah bersama Bapa di Sorga… bla, bla, bla." Pikir saya itu yang harus saya lakukan. Saya juga pernah dalam posisi seperti Ayub.

Yang saya inginkan ketika menjadi Ayub adalah saat hening. Saya tidak ingin mendengar kata-kata penghiburan yang indah apalagi nasihat agar mengoreksi diri, ambil hikmahnya, dan sebagainya. Semua kata-kata tersebut benar, tetapi pada saat itu, tidak relevan. Hampa. Hal paling menghibur yang dapat kita lakukan bagi mereka yang sedang berduka adalah duduk diam dan mendengarkan. Dengarkan yang berduka berkisah tentang kesedihannya. Kalau ia tidak mau berbicara diamkan saja. Tidak usah mendesak. Teman-teman Ayub awalnya sudah bersikap benar. Mereka duduk diam bersama Ayub tujuh hari lamanya (Ay. 2:13).

Ketika kita mendengarkan seseorang yang sedang berduka berbicara, hal itu akan sangat melegakan baginya. Apalagi kita bisa menangis bersamanya, berdoa baginya, itulah penghiburan. Ia tidak butuh penjelasan teologi penderitaan, kutipan ayat-ayat indah. Bukan itu saatnya. Penderitaan menyimpan misterinya. Hanya Allah yang tahu. Kita tidak perlu berlagak tahu. Jika masa shock telah berlalu, Anda dapat mengunjunginya lagi. Anda dapat berbicara lebih banyak ketika ia sudah lebih siap mendengar.

Refleksi Diri:

  • Bagaimana cara Anda menghibur kerabat atau teman yang sedang berduka saat ini? Baikkah itu untuk dia?
  • Setelah mengetahui kebenaran ini, siapkah Anda duduk diam dan hanya mendengarkan dia?