Bagikan artikel ini :

Perjalanan musafir

Ibrani 11:13-16

Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.
Ibrani 11:13

Istilah “pendatang” dalam ayat emas kita dapat diterjemahkan sebagai “musafir”. Musafir adalah orang yang datang ke suatu tempat dan tinggal di sana sementara waktu. Musafir tidak pernah menetap lama. Musafir tidak pernah membangun rumah permanen di tempat yang disinggahinya.

Para pahlawan iman yang disebutkan di dalam kitab Ibrani 11 memandang diri mereka sebagai musafir. Mereka tidak pernah menganggap dunia ini sebagai tempat tinggal permanen. Yang mereka rindukan adalah tanah air sorgawi yang telah disiapkan Allah bagi mereka. Mereka merindukan tempat yang jauh lebih baik dan indah daripada yang ada di dunia ini.

Apa yang kita dengar dan lihat dari sekitar kita mengajari hal yang sebaliknya. Ajaran-ajaran duniawi mengatakan bahwa kita harus menikmati hidup sepuas-puasnya. Kapan lagi. Nanti kalau sudah tua renta, kita tidak bisa lagi melakukannya. Kita harus mengejar prestasi setinggi-tingginya. Itulah kesuksesan. Di sisi lain, ketika kehidupan kita terpuruk, kita menganggap dunia ini runtuh. Kita menganggap habislah segalanya.

Musafir tidak pernah berpikiran demikian. Segala hal di dunia ini digenggam dengan longgar. Dunia ini bukanlah tempat final. Kebahagiaan di dunia ini bukanlah tujuan. Demikian pula kesesakan yang kita alami bukanlah akhir dari segalanya. Hati para musafir tidaklah terikat pada keduniawian.
Ia menganggap hidup ini hanyalah perjalanan. Dunia ini adalah tempat persinggahan sementara. Kepuasaan, kebahagiaan, kedamaian yang sejati tidaklah kita cari di dalam dunia ini tetapi dari Tuhan sendiri. Tentu itu tidak berarti kita tidak melakukan apa-apa selama di dunia ini. Kita harus terlibat aktif mengusahakan kesejahteraan bagi kita sendiri dan orang lain di tempat kita berada sekarang ini. Namun, semua usaha itu haruslah bernilai mulia dan kekal ketika dibawa ke hadapan Allah nanti. Semua itu kita lakukan dengan mata tertuju pada tujuan akhir kita. Mari saudaraku, jalani kehidupan ini sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan yang Tuhan Yesus telah tetapkan di dalam hidup kita.

PERJALANAN HIDUP ORANG KRISTEN BERUJUNG PADA KEKEKALAN. HIDUP DI DUNIA INI SEMENTARA, AWAL DARI KEHIDUPAN ABADI DI SORGA.