Bagikan artikel ini :

Pulih atau sembuh?

2 Korintus 12:7-10

Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. - 2 Korintus 12:10

Apa yang diharapkan seorang yang sakit? Sudah pasti sembuh. Tidak ada orang yang ingin sakit selamanya. Rasul Paulus pun mengalami pergumulan yang disebutnya “duri dalam daging”. Para penafsir Alkitab mencari tahu apa yang dimaksud dengan duri. Sebagian besar menyepakatinya sebagai penyakit yang berat. Tentang jenis penyakitnya, masih belum jelas. Ada yang mengatakan penyakit mata, pencernaan, malaria, dan sebagainya.

Ia berdoa tiga kali agar Tuhan mengangkat pergumulan tersebut (ay. 8). Tentu saja kemungkinan besar Paulus tidak hanya berdoa tiga kali, tetapi bahwa ia sungguh-sungguh berdoa untuk kelepasan dari penderitaan ini. Pada akhirnya Tuhan memberi jawaban, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (ay. 9). Doa Paulus tidak dikabulkan Tuhan. Ia menanggung penyakit itu seumur hidupnya. Ia tidak pernah sembuh.

Rasul Paulus memang tidak mengalami kesembuhan, tetapi ia mengalami pemulihan. Di sinilah perbedaannya, pemulihan dengan kesembuhan. Kesembuhan artinya bebas dari penyakit. Kesembuhan artinya kondisi kesehatan kembali seperti sedia kala. Pemulihan berbeda. Pemulihan punya arti lebih luas. Bahasa Inggris punya dua kata berbeda: healing dan curing. Healing artinya pemulihan, curing kesembuhan. Secara jasmani Paulus tidak mengalami kesembuhan. Ia tidak pernah sembuh dari penyakitnya tetapi ia mengalami pemulihan. Apanya yang dipulihkan?

Imannya, kerohaniannya. Fisiknya sakit, tetapi iman dan kerohaniannya tidak. Ia tetap kuat. Ia senang dan rela menanggung penderitaan karena pengalaman itu membuatnya mengalami perjumpaan dan persekutuan dengan Kristus yang lebih dalam.

Kita tidak bisa memilih kondisi hidup kita. Mau sehat atau sakit. Penyakit bisa datang kapan saja. Namun, kita bisa memilih sikap kita terhadap sakit-penyakit, terhadap penderitaan. Kita bisa merespons kelemahan tubuh dan penderitaan kita sebagai cara Tuhan memberikan anugerah kekuatan dalam menjalaninya hari demi hari. Mungkin kita tidak mengalami kesembuhan, tapi Tuhan Yesus pasti memulihkan kita. Memulihkan iman percaya kita kepada-Nya dan menumbuhkan kerohanian di dalam-Nya.

Refleksi Diri:

  • Jika Anda sedang mengalami kelemahan tubuh, apakah Anda bisa merasakan Tuhan sedang memulihkan kerohanian Anda?
  • Siapa orang yang mengalami kelemahan, yang perlu Anda yakinkan bahwa mungkin saja Tuhan sedang memulihkan dia?