Bagikan artikel ini :

Rahasia Hidup Bahagia

Lukas 6:20-26

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.
- Lukas 6:20

Pada zaman Yesus hidup, masyarakat Yahudi umumnya hidup miskin dan menderita karena mereka dijajah bangsa Romawi. Mereka menanggung banyak beban pajak yang harus dibayar dan kewajiban yang harus diberikan ke Bait Allah. Hanya segelintir golongan saja yang dapat hidup makmur dan berkecukupan. Sedangkan mereka yang tidak membayar pajak dan melaksanakan kewajiban agama akan dikucilkan dari pergaulan. Ada jurang pemisah yang tajam antara si kaya dan si miskin. Hidup di dalam kondisi demikian tentu sangat akrab dengan kekhawatiran, kesedihan, ketakutan, dan jauh dari kebahagiaan.

Melalui ucapan bahagia ini, Tuhan Yesus hendak menyampaikan pesan kepada para murid bahwa mereka tetap dapat hidup bahagia di dunia jika hidup bersama dengan Tuhan dan tinggal di dalam Dia. Kebahagiaan semacam ini berbeda dengan kebahagiaan yang dunia tawarkan yang bersumber dari kekayaan, jabatan, status sosial, kesuksesan, dan sebagainya. Kebahagiaan sejati bersumber dari hubungan pribadi kita dengan Yesus, yaitu mengenal Allah dan kehendak-Nya, serta hidup dalam iman dan ketaatan.

Di dalam teks ucapan bahagia ini, secara umum Yesus membedakan dua macam manusia. Pertama, manusia yang berbahagia, yaitu para murid Kristus. Kedua, manusia celaka, yakni manusia yang tidak percaya Kristus. Perbedaan keduanya terletak pada iman dan cara hidup mereka. Cara hidup para murid Yesus mengutamakan relasi iman dengan Tuhan. Sebaliknya manusia celaka/duniawi, tidak memiliki iman dalam Kristus. Kehidupan para murid diwarnai kemiskinan, kelaparan, kesedihan, dan penganiayaan karena Kristus, tetapi kelak mereka akan menuai kepuasan dan sukacita abadi di sorga (ay. 20-23).

Sedangkan kehidupan manusia duniawi diwarnai dengan kekenyangan, tawa ria, tetapi kelak akan menuai kelaparan, tangisan, dan kebinasaan (ay. 24-26).

Dari ucapan bahagia kita dapat menyimpulkan bahwa kebahagiaan sejati dapat diperoleh bukan karena hidup kita tanpa masalah dan penderitaan tetapi karena kesadaran akan kehadiran Tuhan Yesus dalam hidup. Dengan kehadiran Yesus kita dapat menikmati hidup yang Dia berikan sekarang dan memiliki jaminan hidup kekal di sorga.

Refleksi diri:

  • Apakah hidup Anda bahagia selama ini? Apa yang menjadi sumber kebahagiaan Anda?
  • Apa yang Anda akan lakukan untuk memperoleh kebahagiaan yang sejati tersebut?