Bagikan artikel ini :

Raja Yang Menderita

Zakharia 9:1-17

Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.
- Zakharia 9:9b

Anda mungkin mengernyitkan dahi saat membaca pasal ini. Bagaimana tidak? Seisi pasal ini bernuansa perang. Namun, mendadak di tengah-tengah yakni ayat 9, kita diberikan deskripsi Raja Mesias. Deskripsi ini bernuansa sangat berbeda dari ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, terutama jika kita mempelajari bahasa aslinya.

Ada empat deskripsi untuk Raja ini: adil, jaya, lemah lembut, dan mengendarai seekor keledai. Tidak ada masalah dengan “adil” dan “mengendarai seekor keledai”. Namun, terjemahan LAI “jaya” dan “lemah lembut” dapat diterjemahkan secara berbeda. Dalam bahasa aslinya, kata yang digunakan untuk “jaya” adalah bentuk pasif dari kata yang berarti “selamat” atau “lepas”. Jadi, terjemahan yang tepat untuk “jaya” adalah “yang diselamatkan” atau “yang dilepaskan.” Maksudnya adalah Raja ini telah melewati berbagai macam penderitaan dan Dia telah mengalami pelepasan dari Tuhan. Pelepasan ini tentunya bukan pelepasan dari dosa tetapi pelepasan dari penderitaan dan keadaan yang sulit. Ini untuk menyatakan bahwa Raja yang akan datang adalah Raja yang menderita. Penafsiran ini juga didukung dengan deskripsi ketiga, yakni “lemah lembut”, yang dalam bahasa aslinya lebih tepat diterjemahkan “tersakiti” (“afflicted” dalam bahasa Inggris).

Jadi, maksud dari empat deskripsi ini adalah bahwa Raja yang akan datang adalah Raja yang adil, tetapi Dia juga adalah Raja yang telah menderita dan tersakiti. Meski demikian, Dia telah dilepaskan dari keadaan tersebut. Inilah mengapa Raja digambarkan menunggang seekor keledai. Dia akan melenyapkan kereta dan persenjataan perang karena kerajaan-Nya tidak akan dipaksakan dengan kekerasan tapi dengan damai (ay. 10).

Aneh sekali, bukan? Ayat 9 seolah-olah tidak sinkron dengan ayat-ayat lain dalam pasal ini. Namun, demikianlah cara kerja Tuhan kita, Yesus Kristus. Dia bukan seorang raja yang berperang. Sebaliknya, Yesus adalah Raja yang bermahkota duri. Anehnya, tidak ada satu petak pun di bumi ini yang bukan kerajaan-Nya.

Inilah alasan mengapa di bagian sebelumnya kita dikatakan harus bersukacita bahkan di tengah keadaan yang tidak mengenakkan. Jika Raja kita bersedia menderita untuk kita, tidakkah kita pun harus menjalani kesulitan-kesulitan hidup dengan tidak menggerutu?

Refleksi Diri:

  • Bagaimana sikap Anda menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidup? Apakah Anda lebih banyak bersungut-sungut?
  • Apa hal sederhana yang ingin Anda lakukan untuk dapat berespons lebih baik dalam menghadapi kesulitan?