Bagikan artikel ini :

Rela Berkorban

1 Petrus 2:18-25

Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. 1 Petrus 2:24

Kesedihan pasti menghampiri setiap kita yang merenungkan tentang kematian Tuhan Yesus yang mengerikan itu. Di atas kayu salib, manusia terkutuk diangkat-Nya menjadi anak-anak pewaris Kerajaan Sorga. Kasih besar Yesus tercurah di atas bukit Golgota, memampukan kita untuk memanggil-Nya, “Ya Abba, ya Bapa.” Derita, kematian, dan kebangkitan-Nya memberikan kita jalan memperoleh kemenangan di tengah tetesan-tetesan darah-Nya yang mengucur di atas kayu salib. Di salib itu, ada derita, pengorbanan, kesetiaan, kasih, dan pengampunan. Yesus rela melakukan semua itu karena peduli. Dia tidak hanya memandang kita dengan belas kasihan, tapi juga berkorban untuk mengangkat kita yang laknat.

“Peduli” adalah kata yang makin jarang kita dapati di tengah kemajuan perabadan ini. Peduli dengan keadaan lingkungan sekitar menjadi sekolah bagi kita dalam mempertajam hati nurani untuk senantiasa bersyukur. Jangan hanya menikmati indah dan nyamannya gedung gereja, tetapi coba tinggalkan kasih persaudaraan di dalamnya. Jangan hanya menikmati keselamatan dan kasih Tuhan, tetapi hidup tak mau berkorban sesuai karunia yang ada pada diri Anda. Jangan hanya menangis melihat penderitaan banyak anak manusia karena keadaan, tetapi rangkul dan rengkuhlah mereka sehingga hidup ini masih ada artinya. Ungkapan syukur dengan sikap peduli yang diikuti tindakan berkorban akan menanamkan pondasi Kerajaan Allah, yaitu keselamatan dan kebahagiaan di bumi ini.

Seseorang memberikan materi yang banyak buat kekasihnya, tetapi tanpa didasari keikhlasan hati yang membahagiakan itu bukanlah pengorbanan, itu pembodohan. Seseorang ikhlas berjuang, berlari, dicaci maki, dihina, bahkan rela sakit hati demi kekasihnya, itu baru namanya pengorbanan. Menyakitkan bila seseorang yang berkorban demi kita, tanpa hati tulus dan memerdekakan, tetapi lebih menyakitkan bila seseorang yang rela berkorban dengan keikhlasan, tetapi kekasihnya tak sedikit pun menghargai pengorbanan itu. Menyenangkan bila seseorang berkorban dengan materi, tetapi lebih menyenangkan bila pengorbanan itu disertai hati suci murni yang melegakan.

Saudaraku, marilah kita belajar dari Yesus yang mau mengorbankan diri untuk orang yang dikasihi-Nya. Bukan mengorbankan orang yang dikasihi-Nya demi diri sendiri.

Salam rela berkorban.

SIKAP PEDULI MENUNTUT PENGORBANAN DIRI UNTUK ORANG LAIN.