Bagikan artikel ini :

Religiusitas Tanpa Spiritualitas

Matius 23:1-36

Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.

- Matius 5:20

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang sangat religius. Terbukti dari banyaknya tempat ibadah yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Akan tetapi, mengapa masih banyak kasus kejahatan, misalnya korupsi, pembunuhan, pencurian, pelecehan seksual, dan lain sebagainya bermunculan di negeri ini? Apakah bangsa ini kurang taat beribadah? Tidak! Ini terjadi karena seringkali masyarakat hanya fokus pada aspek religius saja, tanpa diperkaya dengan pemahaman spiritual yang kuat (religiusitas tanpa spiritualitas).

 Menurut kamus, religiusitas adalah kepercayaan kepada Tuhan atau kekuatan adikodrati di atas manusia. Sedangkan spiritual berhubungan dengan kejiwaan (rohani, batin). Jadi, religiusitas merupakan aktivitas doktrinal untuk memperkenalkan setiap individu pada ajaran dan ritual keagamaan, sedangkan spiritualitas berkaitan dengan pengenalan akan Tuhan dan eksistensi diri sebagai bagian dari pengamalan iman.

 Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi juga sangat religius. Mereka sangat taat kepada hukum Taurat, berpuasa, tekun berdoa, beribadah, memberi persembahan, dan merayakan hari-hari penting keagamaan Yahudi. Mengapa Tuhan Yesus justru mengecam mereka sebagai orang-orang yang munafik? Karena mereka mengajarkan kebenaran hukum Taurat, tetapi tidak melakukan ajarannya (ay. 3-4). Selain itu, mereka melakukan aktivitas keagamaan dengan motivasi yang salah, yaitu supaya dilihat dan dipuji orang (ay. 5-7). Itu sebabnya Tuhan Yesus mengatakan kepada para murid-Nya, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga” (Mat. 5:20). Artinya, beragama secara benar tidak cukup hanya rajin berdoa, beribadah, dan melaksanakan ritual keagamaan secara lahiriah saja. Yesus mengatakan bahwa kebenaran yang dikehendaki Allah adalah hati dan roh kita harus selaras dengan kehendak Allah dalam iman dan kasih, bukan sekadar tindakan lahiriah saja (Mrk. 7:6).

 Menghayati agama secara benar mencakup aspek vertikal, yaitu hubungan yang harmonis dengan Tuhan, maupun aspek horizontal, yakni hubungan yang harmonis dengan sesama. Mari bangun kehidupan beribadah dan persembahan Anda kepada Tuhan dengan berelasi yang baik dengan sesama secara beiringan. Keduanya tidak bisa dipisahkan di dalam kehidupan seorang anak Tuhan.

Refleksi Diri:

  • Apakah selama ini Anda lebih mendahulukan religiusitas dibandingkan spiritualitas?Bagaimana hubungan Anda dengan Tuhan?
  • Apa yang Anda lakukan agar spiritualitas Anda terbukti nyata dalam tindakan kepada sesama?