Saat Tuhan Menilai
Mazmur 147
TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya.
- Mazmur 147:11
Satu kali saya melayani di luar kota dan menginap di sebuah hotel. Pagi sekitar jam 8 saya ke resepsionis dengan pakaian tidur, kaos pudar, celana pendek, dan bersandal jepit. Saya meminta tolong print beberapa lembar, tetapi dengan cepat staf resepsionis menjawab, “Printernya sedang rusak, Pak!” Lalu saya sarapan sebentar dan bersiap-siap untuk pelayanan. Saya mengenakan kemeja berdasi, jas, celana panjang, dan sepatu. Dengan penampilan yang berubah, saya penasaran mencoba ke resepsionis, bertemu orang dan meminta tolong yang sama. Jawabannya buat saya tersenyum, “Oh iya bisa, Pak!”
Secara dunia pandangan orang seringkali ditentukan penampilan, seberapa kaya, tinggi jabatan, dan semua hal fisik. Kita juga mungkin pernah membedakan perlakuan terhadap seseorang dengan pertimbangan penampilan, termasuk dalam hal berelasi dengan Tuhan. Kita merasa diterima Tuhan kalau sudah melayani, memberi persembahan yang banyak, rajin ke gereja, dan sebagainya. Benarkah Tuhan menilai kita dari penampilan?
Ayat 11 ini tidak bisa dipisahkan dari ayat sebelumnya, “Ia tidak suka kepada kegagahan kuda, Ia tidak senang kepada kaki laki-laki (pahlawan); TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya.” Tuhan tidak pernah dibuat terkesan akan penampilan-penampilan luar yang tampak meyakinkan, tapi di dalamnya kotor. Tuhan Yesus senang kepada orang yang takut akan Dia, yang menghormati-Nya dengan sungguh, yang tidak mendua hati dan tidak asal-asalan ikut Tuhan. Yesus senang kepada orang yang berharap kepada kasih setia-Nya, yang sungguh-sungguh mengandalkan-Nya, yang tidak setengah hati percaya kepada-Nya, dan yang bukan menjadikan Tuhan ban serep karena yang lain sudah tidak bisa diandalkan. Penulis, Timothy Keller mengatakan ketika berada di dalam Tuhan Yesus maka kita menaati Allah bukan supaya bisa mendapatkan sesuatu dari-Nya, tetapi menaati Allah untuk mendapatkan-Nya, menikmati-Nya, dan hidup serupa dengan-Nya. Mari dengan hati yang tulus, tanpa agenda tersembunyi, kita sungguh menghormati Tuhan dalam setiap tindakan kita dan terus bergantung percaya kepada kasih setia-Nya.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda lebih sering memikirkan penilaian manusia atau Tuhan?
- Langkah apa yang mau Anda lakukan supaya hidup takut akan Tuhan dan tulus menaati-Nya?