Bagikan artikel ini :

Sabar dan jangan menyerah

Habakuk 1:2-11

Ya Tuhan, sampai kapan aku harus berseru meminta pertolongan? Kapan Engkau akan mendengar dan menyelamatkan kami dari penindasan?
- Habakuk 1:2 (BIMK)

Apakah Anda pernah berdoa seperti Nabi Habakuk? Sudah berdoa, memohon kepada Tuhan tapi kenyataan bukan membaik malah semakin buruk. Sakit semakin parah. Ekonomi makin terpuruk. Kesepian malah lebih sering melanda. Kekecewaan tambah menindih. Kelelahan begitu menjadi-jadi. Rasa sesak datang lagi. Tuhan! Sampai kapan derita ini harus aku tanggung?

Pernah, berseru seperti itu? Saya pernah! Rasanya tak mampu lagi, kok gini sih Tuhan? Yang jahat semakin menjadi-jadi. Hari demi hari harus saya jalani dengan melihat ketidakadilan. Kemunafikan selalu saya temukan di sana-sini.

Saya sudah berdoa, tapi malah semakin jadi. Kenapa orang baik seringkali menderita? Hidupnya sudah berat menjadi semakin berat karena penderitaan terus saja menghampiri. Aaah… sulit untuk dimengerti!

Habakuk juga mengalami hal yang sama. Ia tidak memahami situasi yang terjadi. Ia menderita karena melihat ketidakadilan, penindasan, dan penderitaan yang menimpa bangsa Yehuda yang tersisa di Yerusalem. Bangsanya ditekan oleh Babel, diperlakukan tidak adil dan semena-mena. Habakuk berteriak kepada Tuhan, “Tuhan, mengapa Engkau diam saja? Mengapa Engkau membiarkan bangsa ini ditindas?”

Mari kita belajar lagi, jangan larut dalam kekecewaan dan kemarahan. Habakuk tetap datang kepada Tuhan, ia sampaikan semua itu kepada Tuhan. Ia belajar sabar menantikan jawaban Tuhan.

Memang ada banyak hal kita tidak mengerti. Semakin mencoba untuk mengerti semakin kita tidak mengerti. Lalu kita harus bagaimana? Berhentilah. Sadarilah, tidak semua hal bisa dan harus kita mengerti. Tuhan mengajar kita sabar menjalani, tetap menghadapi walaupun kita tidak mengerti. Kita diajar untuk sadar bahwa di balik hujan tidak selalu ada pelangi, mungkin akan ada badai yang menanti.

Namun, ingatlah apa pun yang terjadi Tuhan tidak akan berubah. Dia selalu ada menemani kita menempuh jalan yang tak kita pahami. Tangan-Nya selalu menggandeng dan menuntun kita menemukan jalan keluar yang melegakan. Jangan menyerah ya! Semua pasti ada akhirnya, mungkin lusa atau di lain hari.

Refleksi Diri:

  • Pernahkah Anda mengalami penderitaan yang begitu menekan seakan Allah hanya diam? Menurut Anda, kenapa Allah diam saja?
  • Setelah membaca renungan ini, apa yang Allah kehendaki dari Anda saat mengalami penderitaan tersebut?