Bagikan artikel ini :

Saksi-saksi Iman: Nuh

Ibrani 11:7; Kejadian 6:5-9

“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”
- Efesus 5:15-16

Satu hal yang pasti di dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa adalah bahwa segala sesuatu akan bertambah buruk. Lihat saja zaman Nuh. Perlahan tetapi pasti, manusia-manusia yang ada di bumi makin bertambah jahat. Bagi orang-orang jahat yang tidak mawas diri ini, tahu-tahu air bah sudah membinasakan mereka (Mat. 24:39).

Namun, Nuh melakukan hal yang berbeda. Diceritakan bahwa Nuh adalah orang benar dan tidak bercela, serta hidup bergaul dengan Tuhan. Itulah sebabnya ia mawas diri akan keadaan orang-orang sezamannya dan mengetahui dari Tuhan sendiri bahwa air bah akan datang. Nuh pun menjadi orang yang membangun bahtera ketika air bah tiba. Inilah iman Nuh: mempersiapkan bahtera meski air bah belum kelihatan.

Demikian pula hidup setiap kita. Lihat saja keluarga Anda. Jika Anda tidak mawas diri dan tidak memperhatikan pasangan dan anak-anak Anda, dapat dipastikan “air bah” akan datang tanpa Anda menyadarinya. Apa air bah itu? Air bahnya bisa berupa pemberontakan anak-anak Anda ketika menginjak remaja. Atau ketika pasangan Anda yang hidup dalam kesendirian tahu-tahu mengajukan surat cerai atau memiliki wanita idaman lain. Hal yang
sama berlaku untuk pekerjaan Anda. Anda menyerahkan bisnis Anda kepada seorang bawahan tanpa sekalipun memeriksa laporan keuangan dan mengunjungi pabrik atau kantor, dan Anda hanya bermalas-malasan saja. Tahu-tahu air bah datang. Orang kepercayaan Anda lari membawa seluruh uang, bisnis Anda merugi luar biasa, dan klien-klien beralih ke tempat lain yang lebih diurus oleh pemiliknya. Ketika air bah-air bah ini datang, sudah terlambat untuk membangun bahtera. Keluarga tidak dapat diselamatkan. Bisnis harus gulung tikar.

Jadi, apa yang harus kita lakukan? Teladanilah Nuh yang di dalam imannya membangun bahtera sehingga ia selamat dari air bah. Seperti kata Paulus, “Hari-hari ini adalah jahat.” Oleh karena itu, sangat penting memerhatikan hidup kita. Masalah-masalah kecil yang mulai bermunculan bisa saja merupakan peringatan Tuhan agar kita segera memberikan perhatian kepada hal tersebut sebelum air bah datang. Jangan tunggu sampai air bah datang, baru kita berusaha membangun bahtera.

Refleksi Diri:

  • Apa aspek-aspek tertentu dalam kehidupan Anda yang jarang diperhatikan (keluarga, pekerjaan, pelayanan, dsb.)? Apakah Anda menganggap remeh masalah-masalah kecil yang mulai bermunculan dalam aspek tersebut?
  • Bagaimana upaya Anda mulai memberikan perhatian pada aspek tersebut dan membereskan masalah-masalah di dalamnya?